Les Misérables – Victor Hugo

Indonesian edition cover of Les Misérables

Les Misérables (1862) adalah salah satu dari dua karya paling terkenal dari Victor Hugo (1802-1885). Karya satunya adalah The Hunchback of Notre-Dame yang diselesaikannya pada 1831.

Tokoh utama Les Misérables adalah Jean Valjean, seorang mantan narapidana yang telah mengalami 19 tahun hukuman yang berawal dari pencurian sepotong roti. Hidup keras di kapal kerja paksa telah mengubahnya menjadi orang yang jiwanya dipenuhi kegelapan dan kebencian.

Ia mengecap kebebasannya pada Oktober 1815 dan di kota D___ ia bertemu dengan Uskup Bienvenu-Myriel, seorang pelayan Tuhan yang benar, dan sang Uskup menyibak kegelapan dari jiwa Jean Valjean dan melepaskan cahaya yang masih dipunyai sang narapidana sebagai manusia.

Tiga tahun kemudian Jean Valjean tiba di kota M___sur m___ dan menempuh kehidupan sebagai manusia yang diperbarui, ia menggerakan roda industri kota M___sur m___ sebagai seorang bijak dan lembut hati. Akhirnya ia diangkat menjadi walikota atas kota itu. Masa lalunya terkubur dalam-dalam dan saat itu ia dikenal sebagai Bapa Madeleine. Namun di kota itu ada seorang inspektur polisi bernama Javert, yang merasa mengenali Bapa Madeleine sebagai salah satu narapidana yang ia pernah lihat di kapal kerja paksa.

Sang Monsieur Walikota terbebas dari kecurigaan Javert ketika seorang bapak tua bernama Champmathieu dituduh sebagai Jean Valjean. Champmathieu terancam hukuman seumur hidup di kapal kerja paksa, sementara Jean Valjean yang asli mengalami pergolakan batin antara menyerahkan diri atau membiarkan orang tua yang tak bersalah itu mengambil tempatnya sebagai orang terhukum. Monsieur Walikota yang dihormati banyak orang itu akhirnya mengakui jati dirinya dan ia kembali ke kapal kerja paksa, namun tidak untuk waktu yang lama.

Tahun 1823 Jean Valjean diberitakan jatuh ke laut dan mayatnya tidak ditemukan. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah, Jean Valjean hidup, dan ia menjemput anak dari Fantine, seorang perempuan miskin yang meminta pertolongannya ketika ia masih menjadi walikota di M___sur m___. Gadis cilik ini bernama Cosette dan ia diperlakukan seperti budak oleh keluarga dimana ibunya telah menitipkannya.

Dari sini cerita bergulir kepada pelarian Jean Valjean dan Cosette, sampai Cosette beranjak dewasa sepuluh tahun kemudian, diselingi dengan kisah keluarga Thénardier yaitu keluarga yang dititipi Cosette, sampai kepada peristiwa 5 Juni 1832 saat pecahnya huru-hara revolusi yang digaungkan kaum Republikan.

cosette
Ilustrasi Cosette

Les Misérables adalah suatu cerita yang kompleks dengan banyak tokoh, namun Victor Hugo dengan amat brilian menjalin satu demi satu benang merah yang menghubungkan tokoh-tokoh tersebut. Les Misérables memberitahu kita tentang perihnya menjadi orang terbuang, kemelaratan sejati, jiwa manusia yang gundah memilih antara kebaikan atau kejahatan, sistem hukum dan keadilan yang berlaku pada masyarakat Prancis pada masa itu, belum lagi sejarah, politik, sistem sosial, dan arsitektur Prancis yang diuraikan panjang-lebar oleh sang penulis. Hugo juga tak lupa untuk memasukkan unsur spiritual dan cinta dalam karya ini, baik cinta antara pria dan wanita dan cinta kekeluargaan, serta pengampunan dan belas kasihan.

Dari awal hingga akhir, pembaca akan dibawa dalam gejolak emosi yang naik-turun: kesedihan, keputusasaan, kegundahan, kebahagiaan, dan sampai pada suatu perasaan yang begitu ilahi yang sulit untuk dijelaskan.

Betapa Jean Valjean sesungguhnya berhati malaikat. Jika ia adalah seorang mantan narapidana yang sudah dibebaskan, lalu atas dasar apa inspektur Javert memburunya untuk ditangkap kembali? Bukankah ia tak berbuat kejahatan lagi? Rasanya sentimen inilah yang melekat pada tatanan sosial di Prancis abad ke-19, bahwa sekali seseorang terjatuh dalam lembah kejahatan, maka selamanya ia tidak akan terlepas dari cap “orang berbahaya”, tanpa diberi kesempatan untuk bertobat, tanpa diberi kesempatan untuk memulai lagi hidupnya, tidak diterima dimanapun.

Terjemahan Indonesia yang diterbitkan Bentang Pustaka digarap dengan sangat apik oleh Anton Kurnia, terlepas dari banyaknya typo dan panggilan tokoh yang berbeda-beda; misalnya ada kalanya sang tokoh utama disebutkan sebagai Bapa Madeleine, Bapak Madeleine, Monsinyur Madeleine, Monsieur Walikota, dan sebagainya. Hal ini sedikit mengganggu kenikmatan membaca.

Ada banyak kalimat yang layak digarisbawahi dalam buku ini; kalimat-kalimat yang indah menyejukkan hati, yang mencerahkan, sampai yang menohok batin.

Dari Fantine, perempuan miskin yang memiliki anak hasil hubungan gelap, kita dapat belajar bagaimana rasanya terpuruk dalam kemiskinan.

Fantine yang aslinya seorang perempuan yang cantik, dengan rambut panjang tergerai dan gigi indah, memotong rambutnya panjangnya dan menjualnya, bahkan ia menjual dua gigi serinya kepada tukang gigi. Fantine yang telah menjelma menjadi perempuan gundul buruk rupa berkata, “Ayolah! Aku akan menjual apa yang masih tersisa padaku.”

Hugo juga lihai membuat baris-baris puisi cinta, seperti sepenggal puisi Marius kepada Cosette dibawah ini:

“Tatkala semesta menciut menjadi sesosok makhluk, tatkala sesosok makhluk meluas bahkan sampai menjangkau Tuhan, maka itulah cinta.
Kau yang merana karena cintamu, tetaplah mencinta. Mati dalam cinta berarti hidup bersama cinta.”

Pada akhirnya, Les Misérables memang bercerita tentang para jembel (terjemahan di halaman 291, les misérables berarti para jembel); orang-orang merana (dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The Miserable Ones, The Wretched, The Poor Ones, The Wretched Poor, atau The Victims). Les Misérables yang ditulis Hugo semasa menjalani pengasingan di Pulau Guernsey, adalah mahakarya yang menggambarkan dan mengutuk ketidakadilan sosial di Prancis abad ke-19. Tulisan-tulisannya menjadi karya-karya sastra paling berpengaruh di Prancis dan seluruh dunia sampai sekarang. Les Misérables juga dikenal melalui banyaknya adaptasi teatrikal, drama musikal, dan film yang diangkat dari karya tersebut.

Cita-cita yang terpendam dalam hati Victor Hugo tersurat pada halaman 442 dan 483;

“Di masa depan tidak boleh ada lagi manusia yang membantai sesamanya, bumi akan menjadi terang, umat manusia akan saling mencinta. Akan tiba suatu hari ketika semuanya terasa damai, harmonis, terang benderang, menggembirakan, dan begitu hidup.”

“Mereka tak perlu lagi takut pada kelaparan, nasib yang tak menentu, pelacuran karena kemelaratan, penderitaan karena tiadanya kesempatan kerja, dan pada tiang gantungan, pada pedang, pada pertempuran, juga pada segala perampasan peluang dalam belantara kejadian. Kita hampir bisa mengatakan: tak akan ada lagi peristiwa-peristiwa seperti itu. Semua orang akan bahagia.”


Detail buku:

Les Misérables, oleh Victor Hugo
604 halaman, diterbitkan 2008 oleh Bentang Pustaka (pertama kali diterbitkan tahun 1862)
My rating: ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

18 thoughts on “Les Misérables – Victor Hugo

  1. Terima kasih reviewnya. Novelnya yang asli setebal lebih dari 1400 halaman (terjemahan English 1900 halaman)… tambah berat untuk membaca. Tapi buku yang direkomendasikan. Machintos juga mengadaptasi menjadi pentas musik yang memukau

    Like

  2. Memang mengajarkan banyak filosofi hidup nih cerita Les Miserables. Saya kebetulan nonton filmnya aja. Itu pun jadi terharu, terutama di bagian Cosette yg diperlakukan semena-mena oleh keluarga yg dititipi oleh ibunya tadi. jadi pengin baca versi novelnya nih, tentu jauh lebih lengkap dibandingkan filmnya.

    Like

  3. wow, saya baca yang diterbitkan Visi Media. ada dua bagian, yang pertama sampe Jean mengungkap jati dirinya demi menyelamatkan orang yang mirip sama dia. aku ga sabar baca bagian selanjutnya. Ulasannya mantap. hehehehe.

    Like

  4. Pengen baca buku ini dari lama. Yah, berhubung aku kena euforianya telat, jadi keabisan. Entah kenapa aku lebih suka terbitan Bentang ketimbang Visi Media. Mungkin karena punya Visi Media dibagi beberapa buku kali ya jadi males bacanya XD Soalnya bikin dompet jadi tepos XD

    Mudah mudahan bisa segera nemu yang terbitan Bentang. Dan semoga kuat bacanya. Soalnya ini setting jaman dulu dan aku anak jaman sekarang XD

    Like

    1. Versinya Bentang unabridged alias lebih singkat, sementara Visi Media menerjemahkan versi unabridged tapi dibagi ke beberapa buku. Baca yang manapun silakan, semoga suka ya 😉

      Like

  5. The-most-heaviest book I’ve ever known ( and read ) literally. But no regret setelah nonton film, kemudian baca novelnya, meski mata jereng dan pedes baca tulisannya yang berjejer kayak semut. Pelajaran yang paling mengena, dan bakal terus saya ingat “Even the darkest night will end and the sun will rise.”. Betul kan? Go, Victor Hugo! ( hey, it’s rhyme 😀 ). Les Miserables = the real tears extractor 😀

    Like

  6. aku udah pernah nonton les miserables dan karena drama musikal aku kurang ngerti sama jalan ceritanya
    pemeran film ini juga artisnya bagus bagus makin penasaran sama ceritanya tapi setelah diulang ulang sebanyak 2 kali tetep aja kurang ngerti tapi penasarn sama ceritanya
    terbantu juga sama review kakak jadi ngerti ceritanya 🙂

    Like

  7. “Di masa depan tidak boleh ada lagi manusia yang membantai sesamanya, bumi akan menjadi terang, umat manusia akan saling mencinta. Akan tiba suatu hari ketika semuanya terasa damai, harmonis, terang benderang, menggembirakan, dan begitu hidup.” (Victor Marie Hugo).

    Like

What do you think?