Pride and Prejudice – Jane Austen

“Sejak awal, perangaimu, keangkuhanmu, sikap acuh tak acuhmu, jadi landasan kebencianku padamu. Belum sebulan mengenalmu, aku sudah tahu bahwa kau adalah pria yang takkan mungkin kunikahi.”


Begitu kuatnya prasangka yang dapat berakar dalam hati seseorang, sehingga tumbuh kebencian. Angkuh dan menyebalkan, begitu kesan pertama yang didapatkan Elizabeth Bennet ketika bertemu Mr. Darcy.

Elizabeth sendiri adalah putri kedua dari pasangan Mr. dan Mrs. Bennet. Ia memiliki empat orang saudari yang berbeda-beda karakternya; Jane, yang tertua, adalah yang tercantik dan paling lembut dari semuanya; Mary, seorang penyendiri dan kutu buku; serta Catherine dan Lydia yang agak liar, terutama jika menyangkut prajurit-prajurit tampan.

Suatu saat, Netherfield, sebuah rumah tiga mil dari rumah mereka di Longbourn, kedatangan penyewa baru bernama Mr. Bingley. Mrs. Bennet yang sangat ingin anak-anak perempuannya segera menikah, terutama si sulung Jane, begitu bersemangat mendengar kedatangan Mr. Bingley. Kakak beradik Bennet pun bertemu Mr. Bingley di sebuah pesta yang diadakan di Netherfield dan disana mereka melihat bahwa Mr. Bingley membawa dua adik perempuannya, dan seorang temannya, yaitu Mr. Darcy.

Seperti yang diharapkan oleh Mrs. Bennet, Mr. Bingley tertarik kepada Jane. Dan Mr. Darcy lambat laun pun tertarik kepada Elizabeth, namun perasaan itu tidak dibalas oleh Elizabeth, karena ia, juga ibunya, terlanjur mencap buruk Mr. Darcy. Pada bagian akhir cerita, ketika suatu masalah pelik menimpa keluarga Bennet, akhirnya Elizabeth pun dapat melihat kebaikan yang tersembunyi dalam diri Mr. Darcy, dan juga mulai membuka hatinya terhadap pria itu.


Saya banyak menyenangi novel-novel klasik, dan meskipun bukan penikmat roman, saya sangat menikmati membaca Jane Eyre karangan Charlotte Bronte. Ketika memutuskan membaca Pride and Prejudice, karya paling terkenal dari novelis roman ternama Jane Austen, saya berharap banyak bahwa novel ini, setidaknya, akan sebagus Jane Eyre. Ternyata saya sangat kecewa setelah membacanya. Isi Pride and Prejudice sangat mencerminkan judulnya (yang bila diterjemahkan bebas ke bahasa Indonesia berarti Harga Diri dan Prasangka), diuraikan penulis menjadi 585 halaman dalam versi terjemahan Indonesianya. Ceritanya, walau tidak bisa dibilang beralur lamban, namun datar-datar saja, cenderung hambar, tanpa ada konflik yang berarti, dan sangat mudah ditebak. Kebanyakan hanya berkisah tentang kunjungan Mr. X ke tempat Y, pesta di Z, dan tokoh-tokoh yang mengagumi rumah yang mereka kunjungi, melontarkan pujian untuk entah taman atau perabotnya, dan tentu saja percakapan-percakapan panjang nan ngalor ngidul yang terjadi antar tokohnya. Konflik terbesar yang terjadi di bagian akhir buku pun entah kenapa tidak mampu mencapai klimaksnya, dan apa yang terjadi pada kedua tokoh utama setelah konflik berlalu hanya mampu membuat saya membatin, “Ealah, cuma begitu doang to???”

Hal yang menarik mengenai Pride and Prejudice bahwa di Indonesia ini ada tiga penerbit yang hampir secara bersamaan merilis versi terjemahannya. Yang pertama adalah penerbit Bukune, yang kedua Qanita (Mizan Group) yaitu versi yang saya baca ini, dan yang terakhir Gramedia Pustaka Utama, yang sedianya akan terbit pertengahan tahun 2011. Tertarik membandingkannya? Kalau saya sih, jujur, angkat tangan. Nyerah. ;-P


Detail buku:
“Pride and Prejudice”, oleh Jane Austen
585 halaman, diterbitkan Februari 2011 oleh Qanita (Mizan Group)
My rating : ♥ ♥

48 thoughts on “Pride and Prejudice – Jane Austen

  1. hay Mel, aku nonton filmnya aja nih, yang main Keira Knightley. lupa2 inget ceritanya. tapi kayaknya Elizabeth pertama kali menilai Mr. Darcy buruk soalnya si Mr. ini emang misterius dan sombong2 serius gityu sikapnya, hehehee…

    oiya, waktu kmrn ke Gramed kan banyak tuh novel2 klasik dengan terjemahan penerbit yang beda2. gimana ya cara kita ngebandingin-nya? selain Pride and Prejudice, ada juga Little Women, contohnya. kalo selama ini sih aku masih beranggapan kalo terjemahan versi GPU adalah yang paling enak dibaca. Menurutmu gimana?? Kalo buku2nya Atria itu bagus nggak? itu masuk grup penerbit mana??

    *eh yang komen pertama hapus yah* 😛

    Like

    1. Aku belom pernah nonton versi filmnya Pride n Prejudice, ada yang bilang versi yang Colin Firth jadi Mr. Darcy yg paling bagus, tapi ada juga yang favoritin versi Keira Knightley. Sepertinya kalo buat aku nonton filmnya akan lebih menghibur daripada baca bukunya… hehehe.

      Cara bandingin berbagai versi terjemahan? Wedew, kudu buka kartu nih. Sejauh ini aku paling puas sama terjemahannya Gramedia n Penerbit Mizan (di dalamnya ada Bentang Pustaka, Rumah Buku Hikmah, n Orange Books). Atria itu dibawah Penerbit Serambi, kualitas terjemahannya OK kok.

      Sepertinya kamu harus gabung Goodreads deh, informasi tentang buku2 n terjemahan bejibun disana *promosi* 😉

      Like

  2. hahaa… join Goodreads? ehem, kayaknya harus lebih dulu mengembalikan mood dan semangat membaca seperti dulu, sebelum gabung ke Goodreads. minder duluan, hehehee..

    baca reviewnya Melissa aja dueehh, lebih gampang 😀

    thankies, have a goodday!

    Like

  3. Saya suka sekali Pride and Prejudice, bahkan saya memiliki beberapa versi bukunya dan memesan dari Amerika langsung untuk buku-buku kritik Pride and Prejudice, Jane Austen dan DVD miniseri tahun 1995 yang diproduksi oleh BBC. Bahkan saat ini saya sedang dalam proses penelitian kepribadian tokoh utama sebagai analisis psikologi sastra sebagai bahan skripsi saya. Dan baru saya ketahui, ternyata Kate dan Pengeran William pun menyukai miniseri Pride and Prejudice. Bahkan Kate menjuluki William sebagai Darcy. http://international.okezone.com/read/2011/04/28/414/450825/mau-tau-julukan-kate-untuk-william

    Tapi saya dapat mengerti bila kesukaan tiap pribadi terhadap karya sastra tidaklah sama. Tetapi terima kasih sudah memposting tentang novel ini di blog anda 😉

    Like

  4. well,, aku setuju kalo si Tiny Ma mengatakan “Tapi saya dapat mengerti bila kesukaan tiap pribadi terhadap karya sastra tidaklah sama”… But ,, aku jugaakk radak bingung kok bisa yahh novel ii dianggap “evergreen” yang tidak lekang oleh waktu…??? mm,,, berarti, maaf saya bukan menghina,a to mengejekk,, yang mereview kayakx radakk rendah levelnya… but sekali lagiii kesukaan tiap pribadi terhadap karya sastra tidaklah sama….
    But mungkin ajah yang menerjemahkan kurangg kena, tidak seperti versi aslinya… jadi yang mereview ini radakk gg suka sama bukunya…. 🙂

    Like

    1. Hmmm, “rendah levelnya” ya kata anda.
      Selera baca setiap orang pasti berbeda, jadi nggak ada tuh yang berhak bilang “tinggi levelnya” atau “rendah levelnya”, karena mau ngukur tinggi/rendah “level” pake patokan apa juga nggak jelas.
      semuanya kembali ke selera baca masing-masing.

      Like

  5. Pride n prejudice mnrt sy lumayan bagus. Kalo mau yg agak2 kelam,baca wuthering heighs nya Emily bronte.ada lg yg bgs tp blm prnh diterjemahkan yakni south n north nya Elizabeth gaskell,cb liat d Amazon.

    Like

  6. setelah membaca dari review anda dan membaca novelnya, benar bahwa novelnya “sedikit” membuat saya bingung. mungkin karena ini novel lama dan mungkin saja terjemahannya yang sedikit membingungkan membuat saja jadi harus membaca novel ini dalam waktu yang lama. karena penasaran jadi saya putuskan untuk membaca sampai akhir.. terimakasih atas reviewnya.. 😀

    Like

  7. Ah ternyata kita sepemahaman mba’.. waktu itu saya tertarik untuk baca karena penasaran dengan ‘kebesaran namanya’ Tapi setelah dibaca, kecewaaaa 😦 Tapi saya belum baca Jane eyre.. Baiklah.. akan saya masukkan dalam whislist mendatang ;))

    Like

  8. lagi ada tugas u analisis novel klasik…pride and prajudice…
    bahasanya memang beda sekali dng jaman sekarang..ya wajar tahun 1800an…
    tapi seru….
    pada jaman itu banyak orang2 bangga dengan kekayaannya dan sebagai wanita harus punya bnyak keahlian.. agar dibilang wanita sempurna….
    novel ini sesuai jamannya

    Like

    1. setuju dengan esri. novel ini sesuai jamannya. aku sudah tonton filmnya dari yang hitam putih, sampai yang terbaru. dan aku paling suka yg versi bbc dan keira. very verry good. seneng jg ada terjemahannya. cuma kok aku mlh takut kecewa dgn terjemahannya. karena versi asli itu disukai karena “bahasa” nya juga. inggris jaman dl. yg memanggil suaminya dengan sebutan mr. mr bennet. membayangkan ibunya elizabeth marah2. qiqiqi… lucu.

      Like

      1. Setelah baca semua komen yang masuk di post ini, dan post ini juga ternyata yang paling banyak diakses pengunjung surgabukuku, saya jadi pengen re-read pride and prejudice, kali ini dalam bahasa asli. Kesan pertama bisa aja salah sama sekali kan? 😉
        Thanks komennya ya!

        Like

  9. Hai Mbak, salam kenal. aku Wening dari Jogja. Pingin ikut komen juga nih ^^
    Aku salah satu penikmat karya Jane Austen (walau baru baca Pride and Prejudice dan nonton versi movie dari Pride and Prejudice dan Sense and Sensibility).
    Menurutku karyanya bisa bertahan sampai sekarang memang bukan karena konflik yang disuguhkan atau alur yang dinamis, tapi karena pembentukan karakter yang kuat dari dialog-dialog yang diucapkan. Dan menurutku, itulah daya tarik dari tiap karya Jane Austen, yaitu karakter tokoh yang kuat, dialog yang–aku bilang sih bagus(gk tahu harus bilang gimana untuk menggambarkannya ^^)–, dan tokoh utama perempuan yang ditampilkan pandai dan memiliki pemikiran berbeda dari kebanyakan perempuan pada jaman itu. Dan menarik untuk mengetahui apa permasalahn umum, bagaimana kebanyakan mereka menyelesaikan permasalahan itu, dan bagaimana cara bersosialisasi orang-orang pada jaman itu.
    Suwun Mbak atas reviewnya. Ini jadi salah satu blog favoritku ^^

    Like

  10. “Pride and Prejudice” bukan sekedar novel roman, melainkan sebuah kritik terhadap sistem sosial di Inggis pada zaman Victoria. Menurut saya terjemahan Indonesia sama sekali tidak sempurna karena diksi Indonesia membatasi gaya bicara orang Inggris pada zaman itu yang setiap komentar berarti dua, atau, sebutan Inggrisnya, British sarcasm. Saya ngakak baca buku ini dari bahasa aslinya, karena sang narrator menceritakan kisah ini dengan sangat sarkastik. Yah, sayangnya humor ini tidak dapat diterima orang Indonesia pada umumnya.

    Like

    1. Betul sekali, kalau sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia “rasa” British nya jadi samar-samar atau malah hilang sama sekali. Kapan-kapan saya pengen baca buku ini dalam bahasa aslinya, semoga bisa lebih “klik” di hati. Sejauh ini saya sudah baca Northanger Abbey dalam bahasa Inggris dan cukup suka, sarcasm nya juga nangkep 😉

      Like

  11. memang persepsi tiap orang berbeda-beda. saya pribadi sangat suka buku ini. konflik yang ada memang minim (apalagi kita sudah kenal Harry Potter dan Twilight). Perlu diingat bahwa buku ini ditulis pada akhir abad 19 jadi wajar saja bila alur dan penceritaan buku ini terasa lamban dan membosankan (Miss Y berkunjung ke Miss Z dan seterusnya) karena memang begitulah kehidupan sehari-hari pada masa tersebut. Tapi karakter Elizabeth Bennet-lah yang betul-betul menarik perhatian saya. Tegas, ceria, dan feminis, berbeda dengan wanita-wanita lain seusianya. Perkembangan karakter Bennet dan Darcy juga terlihat jelas dan solid. Dan yang paling membuat saya terhibur adalah Mr. dan Mrs. Bennet. Rasanya karakter-karakter semacam itu mudah sekali ditemui di sekitar kita (termasuk di keluarga saya hahaha)

    Like

  12. Ikutan share ya.. aku dah pernah baca novelnya.. n menurutku adaptasi yang paling bagus itu versi miniseri bbc tahun 1995, colin firth sama jennifer ehle.. dia jauh lebih faithful sm novel dibanding versi keira di 2005, n chemistry antar pemain2nya juga lebih pas kl menurutku.. novel terjemahan aku prnh beli tp krn mang bahasanya jd aga “aneh”, jd ga lanjut2 bacanya… intinya kl mo baca novel memang bagusan versi bahasa aslinya.. kl utk miniseri bbc lain aku recommend north and south thn 2004 dr novel elizabeth gaskell.. jane eyre aku sdh baca novelnya n dibanding adaptasi film lepas thn 2011, adaptasi yg aku suka itu yg versi miniseri bbc thn 2006 sm 1983.. just want to share my opinion… 🙂

    Like

    1. Halo, aku jadi pengen nonton miniseri P&P versi 1995 nih. North & South sama Jane Eyre versi 2011 & 2006 aku udah nonton semua, memang bagus sih 🙂 kalo Jane Eyre bagusan yang 2006. Aku pengen baca ulang P&P dalam versi asli, tapi masih belum tahu kapan. Banyak buku lain yang ngantri soalnya 😀

      Like

  13. mengenal cerita ini lewat filmnya tapi aku nggak bisa menikmati karena aku nggak suka sama yang meranin tapi dari nonton tersebut sebenernya ceritanya bagus banget, ketika mulai suka membaca aku baru tahu kalau film tersebut based on book, jadilah kepengen baca.

    alasan lain adalah aku susah baca klasik, bukan cangkir tehku saja, tapi aku bisa nerima bukiu klasik kalau buku tersebut ada cerita cintanya (kecuali Les Miserables), lebih mudah diterima aja 😀

    aku nggak ingin melewatkan bku ini, yang katanya nenek moyang kisah benci jadi suka, dan aku penggermar cerita seperti itu, pengen baca dari versi klasiknya 😀

    Like

  14. Padahal saya berharap ceritanya juga akan bagus. Namun, membaca review dari kakak yang bilang “Ceritanya, walau tidak bisa dibilang beralur lamban, namun datar-datar saja, cenderung hambar, tanpa ada konflik yang berarti, dan sangat mudah ditebak.” Kok view saya terhadap novel ini jadi turun ya ? Padahal kalau seandainya bagus, saya bakalan coba baca buku ini. Haha, tapi setidaknya saya udah baca review-nya. Itung-itung rasa penasaran saya akan buku ini sudah sedikit terobati.

    Like

  15. Well, kupikir akan ada gejolak tertentu dalam isi bukunya mengingat judulnya menurut saya ‘keren’. Apalagi sampulnya menawarkan hal yang berbeda. Agak kecewa juga karena nggak terlalu ada ringkasan cerita yang lebih lanjut dalam review-nya. Dan saya memang pernah juga membaca buku yang seperti ini, dan hasilnya membuat saya kecewa juga.

    Like

  16. Kemarin sudah pegang-pegang buku ini di toko buku, bukan mau beli sih… Tapi mikir pesen di mba’ Maria gak ya… Hahahaha…

    Setelah baca review kamu ini ada dua hal,
    1. ekspektasi berkurang dan nggak pengen buru-buru beli (cari pinjeman dulu kali ye… Boleh pinjem gak Mel, #eh)
    2. Penasaraaaaaaan, terlebih setelah baca-baca komentar di review ini.

    Like

  17. Saya tertarik dengan diskusi karya Jane Austen ini. Ikutan komen ya. Agar fair, untuk menilai tulisan Jane Austen kita harus tahu latar belakang atau sejarahnya. Mengapa novel-novel karya dia dianggap abadi dan berharga?. Karena jaman dulu, sangat sedikit perempuan yang memiliki kemampuan menulis. Kalaupun ada, mereka harus mendapat perlakuan yang tidak adil. Penulis wanita zaman itu sulit mendapat akses dalam belantara sastra yang didominasai penulis dan pemikiran pria. Jane Austen begitu diapresiasi dunia karena dia wanita yang mampu menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk cerita. Isi novel Austen kalau dicermati, adalah gagasan tentang kemandirian wanita. Pemaparannya memang disampaikan secara halus, sesuai dengan situasi sosial budaya waktu itu. Adapun bahasanya, memang itulah gaya bahasa tempo dulu, yang tentu saja jauh berbeda dengan gaya berbahasa sekarang. Itulah seninya menikmati karya-karya sastra klasik. Tapi apapun ‘perasaan’ orang setelah membacanya, mari kita nikmati sebagai proses pembelajaran. Trima kasih…….salam.

    Like

    1. Halo mbak, saya membaca buku ini pada saat awal-awal perkenalan saya dengan sastra klasik. Pada umumnya saya suka sastra klasik, tapi emang dengan Austen saya nggak “klik” dan utk yang satu ini menurut saya terjemahannya kurang mampu menangkap gaya bercerita Austen. Saya ingin baca ulang dalam bahasa inggris tapi belum tahu kapan. Terima kasih utk komentarnya yang menambah wawasan 🙂

      Like

  18. Setuju mbak, yang paling sulit dalam menerjemahkan bukan pada kata atau kalimat, tapi juga menerjemahkan gaya, rasa bahasa dan emosinya. Itu semua tidak ada kamusnya hehe. Senang sekali bisa urun rembug dengan para komunitas pecinta karya klasik ini. Ditunggu tulisan dan review berikutnya ya.

    Like

  19. Roman klasik yang tidak akan hilang dari ingatanku… Abis baca buku ini dulu, sempet mau baca buku Jane Austen yang lain2.. Tapi tetp favoritku Pride and Prejudice.. Pengen banget juga nonton movie nya, Tapi belom kesampaian.

    Like

  20. Wah ini merupakan wishlistku yang belum kesampaian sampai sekarang huhu T,T . Karena aku penyuka history romance makanya aku ingin sekali membaca buku ini. Terlebih lagi tokohnya yang benci jadi cinta. Waduh aku pecinta berat cerita novel seperti itu. Karena aku ingin melihat sejauh mana penulis membawa pembaca kedalam perkembangan cinta dari tokoh di dalam novelnya. Sepertinya buku ini bagus. Tetapi sayangnya mungkin aku harus mengurangi ekspektasiku saat mulai membacanya nanti. Apakah sebaiknya aku menonton movienya dulu aja ya baru bukunya hihi. Aku suka review kakak yang jelas dan jujur tentang suatu buku 🙂 ditunggu review-reviw selanjutnya

    Like

  21. Jujur, dari dulu aku tertarik dengan buku-buku klasik, tapi entah kenapa baru sedikit yang terasa ‘pas’ denganku. Nah, untuk buku ini, aku baru tertarik setelah diterjemahkan oleh Noura Books, karena covernya yang sangat cantik itu lho, sehingga memberikan nuansa berbeda. Setelah aku baca, aku langsung suka banget sama buku ini. Ya, walaupun alurnya biasa dan cerita romancenya pun sejujurnya bukan tipeku, tapi aku dapat menikmatinya. Aku suka rasanya menyelam pada kisah di buku ini, berbeda dengan buku-buku romance jaman sekarang yang biasa aku baca. Semenjak itu, aku pun ketagihan dengan karya Jane Austen lainnya, serta buku-buku historycal romance ^^ tapi, sampai saat ini aku belum berani baca versi bahasa aslinya sih, hehe. Takut terlalu berat U.U

    Like

  22. Aku pernah dengar novel ini sangat terkenal dan pengin membacanya. Tapi membaca review mba Mel, agak terkejut jg karena Mba Mel bilang kecewa sama cerita novel ini yg cenderung hambar. Tapi aku tetap penasaran dengan kisah Elizabeth dan Mr.Darcy ini, jadi sepertinya aku akan tetap membaca novel ini 😀

    Like

  23. Sampai sekarang aku penasaran sama cerita novel ini, tapi belum juga kesampaian baca >< penasaran karena sering dibahs di buku pelajaran dan para blogger buku. Apa ini sejenis cerita Romeo Juliet?

    Like

  24. Aku belum pernah baca yg versi ini, tapi pernah baca versi Elizhabeth Eulberg, dilihat dari sinopsis yg kak Mel buat, ada kemiripannya. Mengurangi rasa penasaran terhadap versi Jane Austen.

    Like

  25. Belum pernah baca novelnya, tapi terus terang aku mengagumi filmnya.. Kalo dari aku pribadi dapat klimaksnya.. Tergantung dari pemahaman stiap orang.. Luar biasa konflik perasaan dalam cerita ini.. Percaya atau tidak,, aku deg-degan nonton filmnya.. Jane Austen is awesome..
    Kayaknya bakalan lebih lengkap baca novelnya ya mba mel 😊

    Like

What do you think?