The Heretic’s Daughter: Ibuku Bukan Penyihir!

Tahun 1692 menandai salah satu episode terburuk dalam sejarah Amerika: insiden yang dikenal dengan istilah pengadilan penyihir Salem, terjadi di Massachusetts, Amerika Serikat. Insiden ini mengakibatkan ratusan lelaki, perempuan, dan anak-anak dituduh sebagai penyihir dan dipenjarakan, dan 20 orang dari mereka dihukum mati, sebagian besar dengan cara digantung. Yang paling buruk adalah, para tertuduh dipaksa mengakui bahwa mereka memang melakukan praktik-praktik sihir. Inilah salah satu masa dimana keadilan adalah: apa yang diinginkan hakim, itulah yang harus dijawab oleh para tertuduh.

Dua tahun sebelum tahun nahas itu, Sarah Carrier yang baru berusia sembilan tahun beserta seluruh keluarganya pindah dari Billerica ke Andover, New England, untuk menghindari wabah cacar. Ayah dan ibu Sarah bernama Thomas dan Martha Carrier, ketiga kakak lelakinya adalah Richard, Andrew, dan Tom, serta adik perempuannya yang masih balita bernama Hannah. Cacar memang akhirnya menyerang keluarga Sarah, namun semuanya berhasil bertahan hidup.

Penyakit cacar inilah, yang juga menyebabkan keluarga Carrier dicurigai sebagai pihak yang bertanggung jawab atas menyebarnya penyakit itu. Bisik-bisik tetangga dan tatapan-tatapan tak senang mulai ditujukan kepada Martha Carrier, yang kemudian berkembang menjadi tuduhan serius bahwa Martha adalah seorang penyihir. Pada tanggal 31 Mei ia ditangkap dan dimasukkan ke penjara di Desa Salem.

Sebelum ia ditangkap, Martha memberi mandat kepada Sarah, anak perempuan tertuanya, untuk memberi kesaksian memberatkan terhadap dirinya. Ia ingin Sarah mengatakan kepada hakim bahwa ibunya memang seorang penyihir. Ia juga menginginkan kakak-kakak Sarah melakukan hal yang sama. Selain itu, ia mengubur sebuah buku bersampul merah yang berisi riwayat masa lalu ayah Sarah, dan mengatakan pada Sarah bahwa ia baru boleh membacanya setelah cukup umur. Pada saat itulah Sarah yakin bahwa ibunya yang tegas, dingin dan kaku, ternyata sangat mencintai dirinya dan kakak-kakaknya. Ibunya, yang berpegang teguh kepada kebenaran, sampai akhir tak akan mengakui bahwa dirinya penyihir, dan di saat yang sama memerintahkan anak-anaknya untuk menyampaikan hal yang sebaliknya, agar mereka lolos dari hukuman. Nasib orang-orang yang dituduh sebagai penyihir itu seperti burung-burung gagak yang ditancapkan hidup-hidup pada ujung tongkat tajam di ladang, yang menurut Thomas Carrier adalah cara orang Inggris untuk membuat orang-orangan sawah.

“Tak ada kebaikan yang muncul tanpa perjuangan dan pengorbanan, baik dia laki-laki atau perempuan. Hanya dengan cara itulah kita bebas dari tirani.”

“Examination of a witch” (1853), a painting by T.H. Matteson inspired by the Salem trials

Namun, seperti yang terjadi pada keluarga-keluarga lain yang salah satu anggotanya dituduh sebagai penyihir, anak-anak Martha pun ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel. Mula-mula Richard dan Andrew yang ditangkap, kemudian baru Tom dan Sarah. Di dalam sel yang seharusnya hanya diisi tujuh orang, namun nyatanya diisi lima belas orang, mereka menjalani hidup yang sama sekali tak layak; kelaparan, penuh penyakit, kotor, dan dingin. Di dalam sel inilah Sarah, ibunya, kakak-kakaknya, dan beberapa tahanan yang lain saling membantu dan menguatkan, berbagi penderitaan. Di dalam sel pula Sarah dan saudara-saudaranya menyaksikan ibu mereka dibawa pergi untuk dihukum gantung. Kata-kata terakhirnya kepada Sarah adalah,

“Tidak ada kematian bagi kenangan. Kenanglah aku, Sarah. Kenanglah aku, dan sebagian diriku akan selalu bersamamu.”

Pada tanggal 6 Oktober, Sarah dan kakak-kakaknya dibebaskan dari penjara. Mereka menjalani hidup yang lama sesudah peristiwa itu bersama dengan ayah mereka tercinta. Masing-masing kemudian menikah dan memberi banyak cucu bagi ayah mereka. Biarpun pengalaman buruk di Salem dan kenangan akan ibu yang direnggut dari mereka kadang masih menghantui, kehidupan terus berlanjut…


Buku yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan apik oleh Leinovar Bahfein ini secara brilian mencatat bagian sejarah kelam yang terjadi di Desa Salem tahun 1692. Berawal dari kelakuan aneh beberapa gadis yang mengaku bahwa mereka telah disihir, yang ditanggapi secara salah dan fatal oleh kaum Puritan (aliran Protestan ekstrem yang berkembang dalam gereja di Inggris mulai abad ke-16, dan mempunyai misi memurnikan/”purify” gereja dari segala pengaruh Katolik), ditambah dengan pengadilan yang berat sebelah dan irasional, menghasilkan tragedi kemanusiaan yang menelan banyak jiwa tak bersalah. Ironisnya, dengan membeludaknya orang-orang yang dimasukkan dalam penjara, histeria terhadap penyihir mereda dan para tahanan kemudian dibebaskan. Mereka yang memberi kesaksian memberatkan terhadap para tertuduh mengakui kesalahan mereka dan meminta maaf. Bertahun-tahun kemudian, keturunan dari para tertuduh memperoleh kompensasi atas kehilangan yang telah mereka derita.

The Heretic’s Daughter, karya debut Kathleen Kent, ditulis setelah melakukan penelitian selama 5 tahun mengenai pengadilan penyihir Salem. Buku ini memberi kita kisah mengenai sejarah, keluarga, dan kekuatan yang disimpan para korban yang dituduh sebagai penyihir. Walau di separuh bagian pertama saya sempat bosan membacanya, di paruh kedua konflik menjadi lebih intens karena akhirnya muncul tuduhan serius terhadap Martha Carrier. Beberapa bagian membuat saya terharu dan sedih, misalnya ketika Andrew jatuh sakit di penjara, kemudian saat Martha pergi untuk menghadapi hukuman gantung, dan saat Thomas menjemput anak-anaknya dari penjara. Seperti endorsement New York Times Book Review di belakang buku yang berbunyi: “pada intinya, ini kisah keluarga.”

“Aku maju selangkah. Dan selangkah lagi. Begitu seterusnya saat kami mengikuti Ayah, yang datang untuk membawa kami pergi dari Salem selamanya. Dengan setiap langkah aku teringat keberanian Ibu saat menghadapi hakim. Dengan setiap langkah aku mengingat keteguhannya kepada kebenaran meski ia harus tersungkur dalam lingkaran tambang. Dengan setiap langkah aku mengingat harga dirinya, kekuatannya, cintanya.

Dan dengan setiap langkah aku ingat, aku adalah putri ibuku.
Aku adalah putri ibuku….”


Detail buku:
“The Heretic’s Daughter” oleh Kathleen Kent
282 halaman, diterbitkan Mei 2011 oleh Penerbit Matahati
My rating: ♥ ♥ ♥ ♥

17 thoughts on “The Heretic’s Daughter: Ibuku Bukan Penyihir!

  1. Wah, bintang 4 ya? Aku agak ragu karena teman2 sebelumnya hanya memberi 3 bintang dan kesannya kok kurang menarik. Tp baca review ini jadi makin tertantang untuk membaca buku ini…

    Like

    1. Tadinya aku juga mau kasih bintang 3 aja krn sampe pertengahan buku ceritanya masih membosaaaankaaaaann… tapi setelah menyelesaikannya, aku rasa ini buku yang sangat-sangat layak dibaca kok. Not bad buat sebuah karya debutan.

      Like

  2. Sepertinya cerita ini agak kelam ya.. Tapi memang cerita2 tentang perburuan penyihir itu suka bikin geram sendiri deh.

    Like

  3. Wow, penyelidikan 5 tahun? Buku yang serius sepertinya, penasaran dgn penyihir Salem ini. Available for swap ga Mel? 😀

    Like

  4. tadinya buku ini tidak kupedulikan, tapi setelah baca review ini…aku jadi pengen baca buku ini. soalnya belum pernah juga baca kisah seperti ini apalagi ada latar belakangnya gitu.

    reviewmu bagus mel 🙂 *thumbs up*

    Like

What do you think?