5 Cover Novel Klasik Terjemahan Terjelek

Tadinya saya sempat ragu-ragu dalam menulis post ini. Ada wacana dari teman-teman BBI untuk mempost cover buku terjelek versi masing-masing, bukan untuk mencaci maki melainkan sebagai kritik yang membangun. Sebagai bukti bahwa kami para blogger buku peduli, bahkan sampai mengenai cover atau sampul buku.

Bagi kami, ungkapan don’t judge a book by its cover benar dan salah. Benar, karena seringkali sebuah cover tidak merepresentasikan isi buku dengan baik, dalam banyak kasus malah memberikan gambaran yang misleading alias menyesatkan. Bisa jadi sebuah buku yang bagus dengan cover jelek, atau sebuah buku dengan cover yang bagus namun ternyata isinya tidak sebagus bukunya. Salah, karena ungkapan ini seakan menurunkan pentingnya sebuah cover buku. “Yang penting isinya, covernya sih tidak masalah”, seringkali kita mendengar seperti itu. Tapi, dari segi literatur dan segi pemasaran, seharusnya sebuah cover buku selain bisa merepresentasikan isi buku dengan baik juga semestinya punya daya tarik tertentu (yang tidak perlu berlebihan) yang bisa memikat calon pembeli dan pembaca di toko buku.

Nah, karena genre klasik adalah genre buku yang banyak saya lahap, maka saya membuat posting ini, yang membeberkan 5 cover buku klasik terjemahan terjelek menurut saya. Ini murni merupakan pendapat saya, jadi kalau ada yang tidak setuju dengan saya, ya silakan. Semoga ini menjadi kritik yang membangun bagi para penerbit lokal yang sudah mau repot-repot menerbitkan novel-novel klasik kesayangan saya.

#5. Anne of Green Gables oleh L.M. Montgomery. Penerbit Qanita, 2008.

anne of green gables

Uh-oh. Kombinasi warnanya bikin sakit mata. Buku ini terkenal karena karakter Anne yang ceria, penuh imajinasi, malah cenderung lebay dan meledak-ledak (in a funny way), tapi hal itu tidak tampak melalui cover ini. Nggak ada kesan klasik sama sekali dari cover buku ini. Cover buku-buku sekuelnya hampir sama jeleknya, terlihat seperti novel historical romance kebanyakan. Tapi yang paling parah ya buku pertama ini.

#4. Laba-laba dan Jaring Kesayangannya (Charlotte’s Web) oleh E.B. White. Penerbit Dolphin, 2012.

charlotte-web

Ehm. Babinya menonjol banget di cover ini. Bukan perkara relijius yang membuat saya keberatan dengan si babi, tapi entah kenapa ada sesuatu yang rasanya salah dengan cover ini. Memang, Wilbur si babi adalah salah satu karakter sentral dalam novel ini, dan tampang babi di dalam cover polos dan imut gimana gitu. Tapiiii…. *kehilangan kata-kata*

Charlotte si laba-laba juga nongol di cover ini, tapi tentu saja karena ukurannya yang jauh lebih kecil, laba-laba yang malang jadi kalah pamor dengan babi. Lalu itu jaring laba-labanya menggantung dari mana? Saya cuma bisa berimajinasi bahwa ada pohon di bagian cover yang tidak terlihat (bahkan ranting-rantingnya pun nggak kelihatan, yeah, right). Sekali lagi, nuansa klasiknya tidak terasa. Pencantuman judul yang sudah diterjemahkan menjadi “Laba-laba dan Jaring Kesayangannya” juga membuat calon pembaca jadi nggak tahu bahwa buku ini novel klasik. Saya jauh lebih suka cover aslinya.

#3. Cinta yang Hilang (kumpulan cerpen klasik) oleh O. Henry. Penerbit Serambi, 2011.

buku_cinta-yg-hilang

Serambi menerbitkan sejumlah kumpulan cerpen klasik dari beberapa penulis yang berbeda, dan sejauh ini dari seluruh koleksi itu, yang menurut saya covernya paling tidak mewakili isinya adalah buku ini. Saya belum baca kumpulan cerpen Maupassant dan Chekov, jadi mungkin juga nanti pendapat saya bergeser. Judul dan cover buku ini awalnya sempat membuat saya ogah-ogahan membeli bukunya. Tapi setelah membaca salah satu cerpen O. Henry di kumcer Cinta Tak Pernah Mati, saya memutuskan kalau saya harus membaca lebih banyak cerpen karya beliau. Dan yang saya temukan setelah membaca buku ini…. Cinta yang Hilang berisi lima cerpen yang berlatar dunia seni di Amerika pada akhir abad 19. Mestinya ini menjadi bahan yang bisa melahirkan cover yang menarik. Tapi kok jadinya malah covernya seperti itu? Maksud dari ekspresi wanita yang menutupi mulutnya di cover apa ya? Juga jamnya? Sungguh, cover ini membuat saya bingung…

#2. Si Cantik dari Notre Dame (The Hunchback of Notre Dame) oleh Victor Hugo. Penerbit Serambi, 2010.

notre dame

Ah, satu lagi buku bagus yang harus menderita akibat cover jelek. Saya bisa bilang begitu karena beberapa teman mengakui bahwa mereka enggan membeli buku ini karena covernya. Bagi saya, ilustrasi si bungkuk Quasimodo yang sedang menggendong La Esmeralda yang pingsan dan dilatarbelakangi percikan darah itu memang mengganggu. Aneh. Mestinya dibuat misterius dan gelap saja sekalian, seperti menara-menara Notre Dame. Sungguh sayang, padahal saya suka sekali dengan font yang digunakan untuk judul. Warna dasar cover dan latar belakang katedral Notre Dame juga tak menjadi masalah bagi saya. Juga pemilihan judul terjemahan “si cantik” yang ternyata memang lebih tepat daripada “si bungkuk”.

#1. Les Miserables oleh Victor Hugo. Penerbit Visimedia, 2012.

les mis visimedia

Entah kenapa Victor Hugo jadi korban lagi dapat cover jelek… padahal beliau salah satu penulis favorit saya. Huhuhu! Menjelang dirilisnya adaptasi film Les Miserables yang terbaru, penerbit Visimedia memanfaatkan kesempatan ini untuk meluncurkan novel Les Miserables terjemahan versinya. Kebahagiaan saya bahwa ada satu penerbit lokal lagi yang mau menerjemahkan novel favorit saya ini sirna seketika saat saya melihat covernya. Kenapa mesti Fantine? Apakah mentang-mentang (pemeran) Fantine cantik dan beken lantas sah untuk memajangnya menjadi cover buku? Apakah porsi keseluruhan Fantine di dalam buku tidak menjadi pertimbangan? (FYI, Fantine hanya secuil bagian dari Les Miserables). Lalu, apa maksudnya tulisan “Jean Valjean-Fantine” di bawah buku? Hello, they weren’t a couple. Not even close. Embel-embel “Fantastic!” dan “Fight Dream Hope Love” menambah ke-lebay-an cover ini. Kenapa tidak membiarkan sebuah buku bagus berbicara untuknya sendiri? FB Page penerbit ini cukup interaktif, dan membuka forum apakah embel-embel “Fantastic!” harus dihilangkan dari cover. Penerbit mengakui bahwa embel-embel tersebut dicantumkan untuk menjadi pembeda dengan penerbit-penerbit lain. Saya sendiri sudah memberi masukan, namun sayang tidak banyak masukan dari follower Visimedia lainnya.

Fakta yang harus saya akui dengan menghela nafas dan mengelus dada: kelima buku yang saya sebutkan di atas semuanya buku bagus…

38 thoughts on “5 Cover Novel Klasik Terjemahan Terjelek

  1. One day I will learn French, and I will translate French novels to Bahasa.. Kalo yang Les Mis itu emang kelihatan banget dia jual buku gara-gara movie. Trus mukannya Anne Hathaway di cover itu agak keterlaluan. Plis deh, Fantine udah mati di volume pertama dari 5 volume Les Mis gitu. (Sorry, spoiler.)

    Aku emang agak terganggu sama novel yang covernya keliatan banget jualan aktor pemeran adaptasi filmnya. Contohnya kaya muka RDJ di berbagai novel Sherlock yang kanon punya Arthur Conan Doyle. Mending bikin ga pake muka orang aja sekalian kaya novel2nya Agatha Christie. (malah ikutan curhat)

    Jadi pingin bikin post juga. Hehehe.

    Like

  2. Setuju bgt klo cover itu penting. Bukan cuma buku klasik, tapi untuk buku terjemahan pada umumnya, juga banyak yang cover terjemahannya seperti digarap asal2an atau gak sesuai dengan isi cerita sedangkan cover versi aslinya lebih cantik dan sesuai isi cerita. Berhubung makin banyak tokbuk import online yang menawarkan free shipping dan diskon gila2an macam The Book Depository, Fishpond, dsb, penerbit dalam negeri musti lebih hati2 agar pembaca nggak meninggalkan buku2 terjemahan krn versi aslinya lebih sedap dipandang. Toh sekarang pembaca Indonesia udah lebih melek bahasa Inggris. Untuk novel klasik apalagi, krn udah banyak yang jadi public domain, gratisan jadi ada di mana2. Jangan sampai penerbit kalah sama downloadan gratis.
    Thx postingannya mbak, bener2 perlu dibaca penerbit nih.. Ehehe..

    Like

  3. Aku jg sempat tertipu sama cover babi dan judul “laba2 dan jaring kesayangannya” diatas. Gara2 judul asli gak dicantumin, bener2 ga kepikir kalo itu sebenernya Charlotte’s Web. waduhhh….

    Like

  4. tentu saja semua pihak: penulis, penerbit dan pembeli selalu menginginkan cover yang baik dan disukai semua orang. percayalah semua menginginkan itu. tapi tentu selera semua orang tak bisa sama. tak mungkin segala hal yang berkaitan dengan seni akan bisa disenangi semua orang. kadang ada pertimbangan2 lain di luar itu yang tidak seluruhnya diketahui: ini bisa berkaian dengan pasar, pertimbangan trend, perjanjian dengan penerbit asal (untuk terjemahan) dan (yang utama) budget dana.

    saya sebenarnya hanya ingin menekankan kembali bahwa buku2, bagaimana bentuknya, tetap lebih banyak yang kita nikmati isinya dari pada sekedar menatapi covernya. saya bisa berhari2 membaca isi buku, tapi saya rasanya tak pernah memandangi cover buku sampai berjam-jam? walau tentu seperti yang lain, saya juga pernah membeli buku karena covernya.

    jadi saya tak akan mencoba memberi penilaian khusus terhadap itu. saya tak akan mengurangi penilaian buku karena covernya gak menarik, toh, kalau 2 bagian itu dipisah, misalnya: isi buku dijual sendiri, dan covernya sendiri, saya tetap akan lebih memilih membeli isi bukunya, walau tanpa cover sekali pun 🙂
    saya akan menganggap cover itu sebagai bonus saja. tentu bonus sendiri gak selalu kita suka kan? kalau suka, ya alhamdullilah, kalau gak suka, tentu saya gak akan protes. 🙂

    mungkin efeknya yang tak terlihat adalah: penerbit yang mendapat celaan karena cover2nya jelek, akan mengupayakan cover yang lebih baik dengan mencari desainer yang lebih ‘baik’ dan tentunya bisanya lebih mahal, atau mengganti desain2 yang dianggap kurang sesuai hingga berkali2. dan itu tanpa kita sadari… akan berimbas pada harga buku…

    🙂

    Like

    1. Saya cuma bisa menanggapi dengan ini mas: ada penerbit-penerbit tertentu yang bisa menerbitkan karya-karya klasik dengan desain cover bagus dan harga yang masih reasonable pula. Saya menulis post ini dengan harapan para penerbit bisa berbenah, dan novel-novel klasik terjemahan bisa semakin dilirik calon pembaca dan pembeli.

      Like

  5. Itu Les Misserables kok jadi gitu ya sampulnyaaaa? *seperti nggak rela* kalo yg Si Cantik dr Nortedame memang sudah pasrah nerima saja deh soalnya warna dasarnya saya suka (tp nggak suka gambar orangnya)

    Like

  6. Eh yang buku Anne itu sering ada di obralan,tp aku g pernah ambil soalnya emm.. ngga suka covernya. ternyata ceritanya bagus ya? kapan kapan coba beli ah di obralan.

    Like

    1. Anne of green gables aku cuma pernah baca manganya. Ceritanya lucu sih menurutku :D. menurut beberapa orang novelnya bagus. coba dibaca aja. 🙂

      Like

  7. itu… aku pernah baca anne of green gables, ceritanya bagus tapi aku pinjem di perpus, dan kalau disur beli sih… hmmm… aku kayaknya ogah deh ya…

    Like

  8. Klasik yang covernya bagus2 kebanyakan terbitan GPU ya IMO, dan harganya masih sesuai banget.

    Agak nyebelin sebenernya kalau buku2 klasik yang umumnya sudah merupakan public domain tapi ga dikemas dengan baik, jd kaya berkesan ambil untung banget dari buku2 “kadaluarsa” ini. Mending unduh gratis saja.

    Apa mungkin ini juga ya, kenapa buku klasik terjemahan suka jatuh ke kubangan obralan, sering ga laku? Yang awam merasa kurang tertarik, sementara yang terbiasa dengan klasik lebih memilih mengunduh ebook/beli edisi Inggris.

    Like

    1. Komen bermutu yang diatas inih, PENERBIT HARAP BACA.
      Setuju banget sama kamu mbak. Kalo di luar masih ada novel-novel klasik edisi kayak Penguin English Library yang covernya didesain khusus. Niat gitu loh. Kenapa Indonesia nggak begitu juga?

      Like

  9. Waaah. Setuju sama Anne of Green Gables. Padahal cover aslinya lucu-lucu lho gaya Annenya. Lah di buku yang ini Annenya malah nelangsa gitu…
    Padahal buku Anne of Green Gables salah satu klasik yang aku suka

    Like

  10. hihihi posting yg mnarik, jadi pengen ikut komen…

    kalo buatku cover tetap penting. memang sih ujungnya tetap isi buku (kl org disuruh milih antara cover dan isi, tentu org pilih isi, no question). cover boleh lah disebut bonus, tapi aku memberlakukan buku sebagai karya seni, yg utuh, ya isinya, ya fisiknya. lagian, cover bukan hny masalah menarik ato tidak menarik, tapi keselarasan antara isi dan covernya sbg usaha mewujudkannya dalam bentuk visual. kl gak nyambung, apalagi salah tangkap atau tidak paham isi, aduuuuh sayang (baca: kasian) banget itu karya/ buku…. makanya cover bukan sekedar cover (mnrtku)… kl ada buku bagus isinya tapi cover jelek, aku prefer cari dari penerbit lain, atau versi aslinya sekalian. kembali lagi, itu karya seni yg utuh. dalam cover pun, ada interpretasi sastranya, ada ungkapan metaforik, bukan hanya sekedar gambar.

    anne series: sama, ‘terganggu’ jg dgn pilihan warna. sepertinya buku ini ‘ribut (berusaha) memanggil-manggil pembeli’… dramatis. nyaris sinetron-y. ini buku klasik, yg adem ayem, imho tampilan yg lbh vintage, dgn tetap country looking, bisa lbh nyambung dgn atmosfir isi bukunya.

    lesMis: ini aku prihatin berat… hehe. sbnrnya gak papa juga pasang tokoh fantine walo dia bukan tokoh utama dari awal-akhir (sama spt cover versi inggris atau versi asli prancis yg byk ambil tokoh si petit gervais, lbh kecil lg perannya), tp disini karya yg dalem, epic, dan filosofis ini kok jd tampak spt sekedar romance? juga, knapa juga hrs ada sub judul jean valjean-fantine?? dan buatku slogan fight dream hope love jg mengganggu, krn membatasi imajinasi pembaca. memangnya buku ini hanya ttg 4 tema itu? bebaskan pembaca dari presumption dan biarkan mereka membuat pemaknaan sendiri… dan label ‘fantastic’ itu apalagi. buku ini dgn isinya dan nama besar penulisnya sdh bisa maju dan berdiri sendiri tanpa embel2 bantuan kata ‘fantastic’ dari penerbit…

    Like

    1. Suka banget sama kalimat ini: ” tapi aku memberlakukan buku sebagai karya seni, yg utuh, ya isinya, ya fisiknya.” Setuju dengan pendapatmu, mestinya perlakukan “classics” dengan “class” dong. pemilihan cover yang nggak tepat malah bikin karya klasik terlihat kayak murahan gitu. *sigh*
      makasih udah komen mbak, semoga para penerbit juga baca komenmu ini. 🙂

      Like

  11. hahahaha… iya ya… kalo cover jelek gitu jadi miikiiiirrrr…. banget pengen bacanya. padahal jangan2 ceritanya bagus. Lha, yg LesMis itu kan covernya dibikin gitu supaya pas keluar sama filmnya gitu. biar heboh lah. kayak Laskar Pelangi juga covernya diganti cover film setelah filmnya keluar.

    Like

    1. iya memang banyak buku diterbitkan ulang dengan cover film menjelang filmnya keluar. It’s ok menurutku sih. Tapi yg LesMis ini parah banget menurutku. pemilihan covernya nggak pas dan terlalu banyak embel-embel.

      Like

  12. aslinya lumayan banyak cover buku klasik, baik adult maupun untuk anak-anak yang tidak sesuai dengan pengharapan. Sebagai penggemar sekaligus kolektor, cover yang bagus tentu saja memberikan nilai tambah selain terjemahan dan editan yang bagus pula.

    Like

  13. Dulu pas tugas akhir kuliah, saya sampe ambil judul “Desain ulang cover buku anne of green gables”, hahaha. Cover Anne terbitan Qanita itu emang kurang bagus, editan photoshopnya keliatan banget. Gambar Anne-nya jadi keliatan kaya tempelan, ga nyatu sama pemandangan di belakang.

    Saya termasuk yang nilai buku dari covernya. Kalo covernya jelek, saya ogah-ogahan belinya meskipun pengarangnya saya suka 🙂

    Like

    1. Wakakaka…sampe jadi topik tugas akhir ya! Karena covernya begitu saya gak “bernapsu” beli terjemahannya (padahal baca terjemahan enak kan ya, cepet dan gak perlu mikir+translate).

      Like

  14. untuk buku bertema seperti klasik, memang maunya ada kesan nglasiknya, jadi seharusnya hal itu diperhatikan betul sama \penerbit. Sepertinya untuk buku seperti metropop, teenlit sudah ketemu bentuk cover yang meakili, namun yang bertema klasik, sepertinya masih mencari bentuk
    semoga ke depan lebih baik

    Like

    1. mengamini ucapannya bang Helvry. Sejauh ini, aku harus mengakui kalo seri klasik terbitan GPU yang sudah dapet “bentuk” cover yang pas. Semoga penerbit-penerbit lain juga bisa seperti itu, baik buat novel klasik maupun yang lain.

      Like

  15. Setuju, especially Anne of Green Gables. Udah bukunya membosankan, tambah lagi cover rambut merah Anne yang menyilaukan mata. Ekstrim banget wananya, malah kayak anak punk.

    Like

  16. Setuju banget sama yg Anne of Green Gables dan Charlotte’s Web. Novel Anne ini saya sering bgt lihat di toko buku atau malah udah masuk buku obral. Di covernya kan ada tulisan terjual sekian kopi, agak penasaran juga awalnya tapi jadi ragu-ragu buat beli karena covernya. Saya pikir ceritanya sendu gitu, ternyata malah ceria ya…

    yang Charlotte’s Web lebih parah lagi, saya baru tahu setelah baca post ini kalau Laba-Laba dan Jaring Kesayangannya itu terjemahan dari Charlotte’s Web. Covernya juga nggak gampang dilirik. Dari judulnya malah langsung inget Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Nggak nyambung banget ya?

    Like

    1. Kabar baiknya Charlotte’s Web diterbitkan ulang oleh Penerbit Dolphin & menggunakan judul asli. Cover barunya lebih bagus daripada yang lama. 🙂

      Like

  17. Barusan gw baru aja beli novel Les Miserables terbitan Visimedia. Satu hal yang gw nggak suka dari cover ini adalah penerbit nggak mencantumkan nomor satu buat nunjukkin kalo novel ini sebenarnya multi-volume (sampe 5 volume malah). Kalau masalah muka Anne Hathaway sebagai Fantine nggak begitu masalah soalnya memang di novel aslinya, volume 1 diberi judul “Fantine” (tapi visimedia nambahin Jean Valjean zzz). Volume 2 tadi udah lihat juga dan sama kayak versi aslinya berjudul “Cosette”. Dan gw nungguin volume 3 (“Marius”) karena memang Marius tokoh yang gw suka dr Les Miserables hahaha 🙂

    Like

    1. Nah karena nggak ada keterangan volume satu di cover itu makanya saya berasumsi buku terbitan Visimedia tersebut adalah Les Miserables terjemahan versi abriged. Makanya saya merasa aneh kalau covernya memakai gambar Fantine. Belum lagi tulisan Jean Valjean-Fantine nya.

      Like

  18. Ih beneran….les miserabels itu buku yg aku cari…pengen baca…tapi sekian lama aku ga pernah tertarik dengan cover itu dan malah ga nyangka itu buku yg aku cari selama ini…makasih ya,jd tau bahwa itu ternyata les miserabels….yg sama yg aku cari selama ini

    Like

  19. Kami juga ikut menerbitkan buku-buku klasik Barat. Nona Melmarian bisa kunjungi blog kami di relift[dot]wordpres[dot]com. Nona boleh menilai sesuka hati kualitas terjemahan dan desain sampul kami. Kami menerbitkan ebook gratis untuk cerpen dan novella (sejumlah novel juga sedang diterjemahkan untuk terbitan ebook), dalam bentuk cetak juga kami menerbitkan novel (agar brand kami lebih dikenal di toko). Kami ingin tahu penilaian Nona Melmarian. Kami tunggu!

    Like

What do you think?