Therese Raquin – Émile Zola

therese raquin[Review in Bahasa Indonesia and English]

Sebuah novel klasik yang diberi judul nama seorang perempuan – misalnya Jane Eyre, Anne of Green Gables, atau Emma, biasanya mengisahkan perjuangan atau perkembangan karakter yang dialami si tokoh utama dalam hidupnya. Tapi buku ini tidak menceritakan tentang perjuangan ataupun perkembangan karakter seperti yang diceritakan dalam tiga buku diatas.

Therese Raquin yang dilahirkan dari ayah Perancis dan ibu Algeria, sejak masih kecil ditinggalkan oleh ayahnya ke dalam pengasuhan Madame Raquin. Jadilah Therese tumbuh besar bersama sepupu laki-lakinya yang ringkih dan sakit-sakitan, Camille. Karena kondisi fisik yang lemah itulah, Madame Raquin sangat memanjakan anak lelakinya sehingga Camille tumbuh menjadi seorang pemuda yang manja dan egosentris. Saat mereka dewasa, Madame Raquin menikahkan mereka berdua. Demi penghidupan yang lebih baik, keluarga Raquin pindah dari Vernon ke Paris, tepatnya di Selasar du Pont-Neuf yang lembap, gelap, dan kumuh. Kondisi ini sebenarnya membuat sesak Therese, ditambah lagi dengan mempunyai seorang suami yang pucat dan lembek. Namun Therese telah terbiasa bersikap dingin, acuh tak acuh, dan menunjukkan kepatuhan yang pasif.

Keadaan berubah setelah Camille mengundang teman kerjanya, Laurent, ke rumahnya. Bersama-sama dengan Grivet dan Michaud, mereka menghabiskan setiap Kamis malam di rumah keluarga Raquin, makan malam dan main domino. Therese memandang Laurent dengan ketertarikan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya; jika dibandingkan dengan suaminya, Laurent tampak gagah perkasa, dengan otot-otot kekar dan leher tebal. Singkat kata, Laurent kemudian menyambar kesempatan saat ia ditinggal berduaan saja dengan Therese dan perselingkuhan mereka yang kotor dan keji pun dimulai. Hubungan mereka berdua didasarkan oleh nafsu yang membabi buta— dan Therese merasa seakan ia dibangunkan dari tidur panjang setelah berhubungan dengan Laurent, sementara Laurent sendiri mendapat pelampiasan nafsunya secara gratis, karena ia tidak mampu lagi membayar pelacur untuk memuaskannya. Mengapa keji? Karena perselingkuhan itu kemudian mendorong mereka untuk membunuh Camille. Dan setelah pembunuhan itu dilakukan, apakah mereka bisa hidup bersama dengan bahagia? Ataukah justru hantu Camille bangkit dari kubur, dan menempatkan dirinya setiap malam di atas ranjang di antara Therese dan Laurent?


Therese Raquin bukanlah sebuah kisah yang gampang dinikmati. Tidak ada satupun dari para karakter yang mendapat simpati dari saya, boleh dikata saya benci dan jijik terhadap mereka semua. Namun, saya tak dapat menyangkal bahwa buku ini ditulis dengan luar biasa bagus. Dalam pendahuluan penulis menjelaskan, bahwa novel ini dituliskan untuk mempelajari watak dan bukannya tokoh. Di mana Laurent adalah seorang sanguinis, Therese seorang melankolis dan Camille seorang phlegmatis. Setelah membacanya saya pun paham bahwa Therese Raquin bukan sekedar novel yang mengumbar adegan tak senonoh, tapi merupakan hasil penelitian sang penulis terhadap sifat-sifat terburuk manusia, sifat-sifat yang (maaf) menyerupai binatang. Kedengaran mengerikan? Ya, memang. Namun suatu saat saya ingin membaca buku ini lagi, siapa tahu saya mendapatkan pemahaman dari segi yang lain yang tidak saya dapatkan ketika selesai membacanya untuk pertama kali. Dan sebenci-bencinya saya dengan para karakter dalam novel ini, saya merasa penulis seakan berkata kepada saya, “ya seperti ini lho manusia.” Dan kemudian perasaan benci dan jijik saya agak dilunturkan oleh rasa iba.

Segala detail yang ada dituliskan supaya pembaca bukan hanya membayangkan, namun benar-benar hidup di Selasar du Pont-Neuf yang gelap dan lembap itu, menyaksikan perselingkuhan menjijikkan Therese dan Laurent, dan bagaimana pembunuhan yang mereka lakukan menghancurkan segala yang mereka miliki sampai tak tersisa. Buku ini bagi saya memberi salah satu bukti bahwa “upah dosa adalah maut”; pembaca dibawa menyaksikan bagaimana dosa yang setitik berakibat dosa yang lebih besar dan pada akhirnya melemparkan mereka pada kehancuran. Tiga bintang untuk drama keji yang ditulis Émile Zola dengan brilian.

Detail buku:

Therese Raquin, oleh Émile Zola
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Julanda Tantani
336 halaman, diterbitkan tahun 2011 oleh Gramedia Pustaka Utama (pertama kali diterbitkan tahun 1867)
My rating: ♥ ♥ ♥


Review in English:

Therese Raquin—a novel intended by its author to be an observation of temperaments, not characters—is a novel I loathe for its characters and story, and at the same time I love for the author’s brilliant writing. It tells us about a young woman, Therese Raquin, who was raised by her aunt and then by the time she was an adult, her aunt made her married her sickly cousin Camille. The life of the Raquins was once quite normal and peaceful, before Laurent, Camille’s friend from work, came into the picture. Being a farmer’s son, Laurent was muscular and had a thick neck, which Therese couldn’t stop looking at. Shortly, Therese and Laurent engaged in a brutal, filthy, and sickening affair that soon encouraged them to murder Camille so they can be “together”. What happened after the murder was not a bit close to what they wanted. The murder lived on between them, and the dead body of the drowned Camille appeared to them and took his place on the bed between Laurent and Therese. So what’s so special about Emile Zola’s writing? It was so detailed that I felt like I really lived between the Raquins in the Passage du Pont-Neuf and witnessed Therese and Laurent’s dirty deeds. But no matter how bad I hated the characters in this novel, I felt as if the author spoke to me, “this is what human is like.” Then my hate and disgust for the characters was slightly faded by pity. I think that this novel is also proof of “Death is the penalty of sin”. I saw how sin dragged the characters into even bigger sin, and finally to destruction. For this cruel drama that actually has a deep meaning, I gave three stars.


20th review for The Classics Club Project | 2nd review for What’s In a Name Reading Challenge 2013 | 1st review for New Authors Reading Challenge 2013 | 1st review for Back to the Classics 2013


 A Note to My Secret Santa:

Buku ini mungkin bukan buku favoritku, tapi aku senang kamu ngasih buku ini karena akhirnya aku bisa “kenalan” dengan Émile Zola, sesuatu yang pengen kulakukan sejak lama. Dan tentu saja buku ini melengkapi koleksi novel klasik Gramedia berstempel mawar merah punyaku! So, thanks to you. #ketjup. Terima kasih juga untuk buku satunya, Letter to My Daughter nya Maya Angelou yang sudah kubaca tapi belum kutulis reviewnya. Menyusul ya! Dan, menebak siapa sebenarnya kamu membuat aku bingung. Yang pertama, resi yang berasal dari Tangerang sepertinya nggak ngasih clue yang membantu. Lalu di dalam riddlemu (riddle dari Santa sudah kuposting di sini) ada beberapa karakter fiksi: Hannibal Lecter (as in, “Hannibal Rising”, tapi beneran deh aku nggak tahu apa artinya itu) lalu Baudelaire bersaudara, Lester McKinley, Harry Potter, Sirius Black, dan Peter Pan. Dari sederetan nama ini aku mengambil nama yang paling asing buatku untuk “diselidiki”, yaitu Lester McKinley. Dan hasil penyelidikanku menyatakan bahwa seorang BBI-er yang suka sama Lester McKinley adalah Santaku, dan dia adalah….

Asriani “Ally” Purnama

Bener nggak sih? Kalo bener, berarti kamu Santaku untuk 2 tahun berturut-turut dong? *koprol sambil bilang WOW* Eniwei, event Secret Santa 2012 seru banget deh, makasih buat duet koordinator Ndari dan Oky. Thumbs up!

27 thoughts on “Therese Raquin – Émile Zola

  1. YAY. Ketebak.

    Kayaknya emang jodoh, Mel. hahaha
    Dua kali berturut-turut aku jadi Secret Santamu.
    X))

    Soal resi dari Tanggerang itu, aku emang sengaja minta bantuan Ana.
    Soalnya kalau resinya kebaca dari Manado, langsung ketebak dong aku siapa dan petunjuknya jadi nggak guna.

    Eh Hanibbal Rising itu nggak masuk dalam cluenya.
    Tapi lupa bilang ma Ana. Tapi liat cover buku aslinya deh
    Baudelaire Bersaudara, Lester itu merujuk ke buku favoritku, A Series Unfortunate Events ma Alice the series
    Harry Potter dan Sirius Black tuh untuk Harry Potter and the Prisoner of Azkaban.
    Peter Pan untuk Peter and the Starcatchers.
    Yang kalau ngeliat cover aslinya bakal ada gambar yang menggambarkan nama terakhirku.
    hehehe.

    Aku blom baca buku ini. Udah ngantri ditumpukan.
    Semoga Letter to My Daughter jauh lebih bagus, Aku tunggu reviewnya.

    Like

    1. Selamaaaat bisa nebak Santa.
      Eh tapi serius itu yg ngocok temennya Ndari lho, murni takdir 😀
      Seneng deh kalau semua pada enjoy dg event ini 😀

      Like

  2. bukunya suram bangeeet ya melll… btw riddle santamu keren, aku kepikiran waktu dia bilang ada disana pas harry naik buckbeak dan peterpan nangkep bintang, maksudnya mungkin bulan purnama kali ya? jadi sepertinya tebakanmu betul deh =D

    Like

    1. Iyak tebakan saya emang bener… hehehe. Bukunya suram tapi gak bisa brenti bacanya, suasana hati pas baca ini mirip2 kalo lagi baca Wuthering Heights deh

      Like

  3. Akhirnya sudah resmi berkenalan dengan bang Zola.

    Aku sendiri heran, pas baca buku ini, begitu suram dan tak ada harapan, tapi herannya aku bisa begitu tertarik untuk terus membaca. Ini berarti Emile Zola memang penulis brilian, dan kejeniusannya kentara dalam analisis psikologis di buku2nya.

    Untungnya kamu gak kapok baca Zola, Germinal jauh lebih menghibur kok daripada Therese Raquin ini 😉

    Like

  4. waahh hebat..ally jd santanya melisa 2 taon berturut-turut..
    btw aku jg daridulu penasaran sama buku ini, tpi setelah baca reviewmu aku jd gk begitu tertarik lagi..tpi sesuatu dalam hobby-ku terhadap klasik terus mempengaruhi tetep pengen baca buku ini 😀 *labil*

    Like

    1. saranku dicoba aja dulu si, dan bacanya kudu tetep piara kepala dingin, supaya gak kebablasan sebel sama tokoh2nya dan akhirnya gak nyadar kalo penulisan buku ini bagus banget 😀

      Like

  5. Baru mau mulai baca, karakternya tdk terlalu bagus ya, semoga betah bacanya deh. Kisah romance segi tiga seperti cerita film-film, rasanya kok pernah nonton film dgn cerita ini cmn lupa judulnya, lama banget.

    Like

    1. inti ceritanya bukan cinta segitiga sih mbak, soalnya si Therese gak cinta sama sekali sama suaminya Camille, dan akhirnya kerjasama sama Laurent buat membunuhnya.

      Like

  6. Hahaha….kemarin sempat diskusiin riddlemu dengan seorang BBI-ers juga, Mel. Dan kita curiga sama Ally ya gegara si Lester itu.

    Btw…iya, buku ini emang gak “ngebetahin” buat dibaca

    Like

  7. hehehe… manusia ya seperti itu, mel… karakter dan wataknya tak terduga, apalagi kalo dihadapkan pada kesulitan hidup 🙂

    Like

  8. Wah mungkin kalau aku mbaca buku ini aku memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya karena isinya yang terlalu dewasa mungkin 😀 walaupun begitu sepertinya buku ini ceritanya lumayan untuk yang sudah berkeluarga agar mau menerima kondisi pasangan dengan ikhlas:) makasih reviewnya membantu:)

    Like

What do you think?