Pangeran Bahagia – Oscar Wilde

[Conclusion in English at the bottom of the post]

Dongeng untuk segala usia. Buku tipis yang berisi lima cerita pendek karya Oscar Wilde ini sungguh sayang untuk dilewatkan dan menyenangkan untuk dibaca berulang-ulang. Lewat untaian kata-kata yang indah, cenderung tragis, dan penuh sindiran, Wilde berusaha mengajak pembaca untuk berhenti dan merenungkan apa artinya menjadi manusia seutuhnya. Bahwa manusia diciptakan satu paket dengan kemampuan untuk mencintai dengan tulus, apakah kita sudah mampu untuk melakukannya? Inilah kelima cerpen yang termuat dalam kumcer Pangeran Bahagia:

1. Pangeran Bahagia (judul asli: The Happy Prince)

Pangeran Bahagia adalah sebuah patung yang berdiri di atas tiang tinggi dan menatap kota dari ketinggian. Tubuh sang Pangeran bersepuhkan emas murni, matanya dari batu safir, dan pedang yang dipegangnya berhiaskan batu delima besar yang berkilauan. Suatu ketika seekor burung Walet mungil terbang mendatangi sang Pangeran dan bertengger di bahunya. Saat itulah, Walet kecil mendapati bahwa sang Pangeran tidak bahagia sama sekali! Sang Pangeran kemudian memohon si Walet kecil untuk membantunya merasa bahagia, dan si Walet mengabulkan permintaannya, meskipun rencananya untuk terbang ke Mesir menyusul kawanannya yang migrasi karena musim dingin harus tertunda. Di akhir cerita, pembaca akan menemukan apa sebenarnya yang diperlukan untuk menjadi bahagia, dan bukan tidak mungkin akan menitikkan air mata haru. :’)

2. Bunga Mawar dan Burung Bulbul (judul asli: The Nightingale and the Rose)

Seorang Pelajar Muda hendak memberikan sekuntum bunga mawar merah untuk gadis yang dicintainya, namun ia tidak mendapatinya dimana-mana. Seekor burung bulbul mendengar si pemuda menangis karena putus asa, dan saat itu juga Burung Bulbul memutuskan untuk menolongnya.

“Akhirnya kutemukan seorang kekasih sejati,”  kata si Burung Bulbul. “Malam demi malam aku bernyanyi untuknya, meskipun aku tidak mengenalnya. Malam demi malam juga telah kuceritakan kepadanya cerita tentang bintang-bintang, dan akhirnya bisa juga kusaksikan sang kekasih sejati. Rambutnya sehitam bunga bakung, dan bibirnya semerah bunga mawar yang ia dambakan; tapi keinginannya telah membuat wajahnya sepucat gading, dan kesengsaraan tergambar jelas di keningnya.”

Maka dimulailah pencarian si Burung Bulbul akan sekuntum mawar merah, pencarian yang akan membuatnya melakukan pengorbanan yang amat menyakitkan…

3. Raksasa yang Egois (judul asli: The Selfish Giant)

Konon, ada seorang Raksasa yang memiliki sebuah taman yang besar dan indah, dan anak-anak sangat suka bermain di taman itu. Setelah kembali dari bepergian selama tujuh tahun, sang Raksasa merasa tidak senang akan anak-anak yang bermain di tamannya, dan ia memasang papan pengumuman yang berbunyi, “Barangsiapa yang sembarangan masuk akan dihukum”. Anak-anak merasa sedih, dan Musim Semi dan Musim Panas mendengar kesedihan mereka sehingga mereka enggan menghampiri kediaman sang Raksasa. Hasilnya, Musim Salju beserta kawan-kawannya yang berpesta pora melingkupi taman sang Raksasa. Suatu hari, tiba-tiba taman sang Raksasa dilingkupi Musim Semi yang paling indah, dan ia melihat seorang anak yang sangat mungil yang berusaha untuk mencapai cabang-cabang pohon. Hati sang Raksasa tersentuh melihatnya, namun sesudah itu ia tidak lagi melihat si anak mungil yang misterius tersebut. Siapakah ia?

4. Teman yang Setia (judul asli: The Devoted Friend)

Apakah kamu merasa bahwa dirimu seorang teman yang setia? Cobalah baca cerpen yang satu ini, dan simak percakapan antara seekor Tikus Air tua dan Burung Pipit. Burung Pipit bercerita kepada Tikus Air tua mengenai seorang pria kecil sederhana bernama Hans, dan “teman sejati”nya, si Tukang Giling. Membaca kisah ini mengingatkan saya akan sebuah kisah yang diceritakan Nabi Natan kepada Daud* tentang seorang kaya yang memiliki banyak kambing domba, namun ia mengambil domba satu-satunya milik tetangganya yang miskin, untuk disajikan bagi tamunya. Egois! Demikian pula si Tukang Giling, karakter yang akan membuatmu sebal luar biasa. Namun setelah itu bercerminlah, apakah dirimu seorang teman yang sejati, tanpa tanda kutip?

*2 Samuel 12:1-4

5. Roket yang Luar Biasa (judul asli: The Remarkable Rocket)

Orang yang berkoar-koar bahwa dirinya paling penting, kemungkinan besar akan sampai pada akhir yang menunjukkan bahwa ia tidak sepenting yang ia kira. Sepertinya inilah pesan yang ingin disampaikan Oscar Wilde melalui cerpen ini. Kita akan melihat sebuah kerajaan yang sedang berpesta atas pernikahan sang putra mahkota dengan seorang putri yang sangat cantik. Semua kembang api berlomba-lomba memeriahkan pesta itu, mulai dari si Petasan mungil, Mercon besar, Kembang Api Kicir-kicir, Cerawat, dan si Lentera Terbang. Namun sang Roket yang Luar Biasa malah mengoceh tak karuan, dan akhirnya tidak berkesempatan untuk menunjukkan kebolehannya, dan malah jadi tersia-sia. Akibat omong besar, kejayaan berlalu begitu saja dari dirinya.

Lima bintang buat buku ini!


Detail buku:
“Pangeran Bahagia” (judul asli: “The Happy Prince and Other Stories”), oleh Oscar Wilde, penerjemah: Risyiana Muthia
108 halaman, diterbitkan April 2011 oleh Serambi Ilmu Semesta (terbit pertama kali Mei 1888)
My rating: ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Tentang Oscar Wilde

Sastrawan legendaris bernama lengkap Oscar Fingal O’Flahertie Wills Wilde (inisialnya O.F.O’F.W.W.) yang hidup tahun 1854-1900 ini lahir di Dublin, Irlandia, dan terkenal akan karya-karyanya yang beragam, mulai cerpen, novel, puisi, esai, dan lakon, dan juga akan kisah hidupnya yang kontroversial. Beberapa karyanya yang paling terkenal adalah The Happy Prince and Other Stories (1888), The Picture of Dorian Gray (novel, 1890), Lord Arthur Savile’s Crime (kumpulan cerpen, 1891), Lady Windermere’s Fan (lakon, 1892), A Woman of No Importance (lakon, 1893), An Ideal Husband (lakon, 1895), dan The Importance of Being Earnest (lakon, 1895). Berikut adalah kredo kepenulisan seorang Oscar Wilde yang termuat dalam pengantar novel The Picture of Dorian Gray:

“Tak ada yang namanya buku bermoral atau tak bermoral. Yang ada hanyalah buku yang ditulis dengan baik atau yang ditulis dengan buruk.”


 Conclusion:

I really don’t have much to say about this book. It was wonderful: beautiful, tragic, and satirical. It makes readers stop and contemplate from the stories; are we truly a complete human being? Are we capable of loving our neighbors with all our heart? Are we capable of loving so much that we are willing to make sacrifices for those we love? Are we selfish or selfless? Are we truly a devoted friend towards others? Do we boast much? These are the questions that popped into my head during and after reading this collection of short stories. This book is—with no doubt, a collection of tales for any age. 5 stars!

1st review for A Victorian Celebration, 6th review for The Classics Club Project, 2nd review for The Classic Bribe

13 thoughts on “Pangeran Bahagia – Oscar Wilde

  1. I almost forgot that this is my first encounter with Oscar Wilde. This only proves that you can’t judge an author by his children books :). Wait until you read Picture of Dorian Gray, then you can judge who Oscar Wilde is…

    Like

  2. I’m definitely adding this to my reading list. I enjoy stories which provoke the sort of questions this one prompted in you. So many of the classics seem to do just that, maybe that’s one of the reasons they become classics. Anyhow, enjoyed your insight.

    Like

    1. Totally agree with this–> So many of the classics seem to do just that, maybe that’s one of the reasons they become classics.
      Thanks, Leslie. Happy reading!

      Like

  3. I recently read The Happy Prince and was so happy to find that Wilde could write for children, yet keep his satirical wit and comments for the adults no doubt reading the story to the child. -Sarah

    Like

  4. Pengen baca! Semenjak baca Dorian Gray jadi tertarik baca karya-karyanya lagi, btw udah pernah baca The Nightingale and the Rose sih di buku text bahasa Inggris dan, ya, bikin saya cengo gara-gara endingnya

    Like

What do you think?