Kisah Dua Kota (A Tale of Two Cities) – Charles Dickens

London dan Paris; dua kota yang bergolak menjelang revolusi Prancis. Konon di Prancis, kaum bangsawan memerintah dengan sewenang-wenang dan menyengsarakan rakyat. Kesejahteraan kaum bangsawan diletakkan diatas segalanya, sementara rakyat kecil dianggap tidak lebih daripada anjing. Rakyat harus membayar pajak dengan jumlah yang menggigit, sementara kaum bangsawan terus berfoya-foya dan menggemukkan badan. Kejahatan merajalela, tiada hari tanpa pelaksanaan hukuman mati, tidak peduli kecil atau besar kejahatan yang dilakukan orang yang akan dieksekusi. Begitulah situasinya, sampai di suatu titik, rakyat Prancis bangkit dan melakukan perlawanan. Situasi berputar balik, kali ini kaum bangsawanlah yang ditangkapi, diadili, dan dibunuh.

Di tengah-tengah gejolak yang terjadi, Mr. Jarvis Lorry, seorang bankir di Tellson’s Bank, London, ditemui oleh seorang gadis muda berparas cantik berkebangsaan Prancis bernama Lucie, mengenai keberadaan ayah yang disangkanya telah mati. Dr. Manette, ayah si gadis, ternyata masih hidup di Prancis. Ia dijebloskan ke penjara Bastille tanpa pernah tahu bahwa ia memiliki keturunan. Setelah bertahun-tahun menjalani hukuman di Bastille, yang menguras kewarasan sang dokter, ia tinggal di rumah mantan pelayannya yang bernama Defarge. Mr. Lorry dan Mlle Manette menjemput sang dokter dari tempat itu, pindah ke Inggris, dimana mereka berusaha memulihkan keadaan fisik dan psikis sang dokter.

Lima tahun kemudian, Dr. Manette dan putrinya terlibat dalam persidangan seorang keturunan Prancis yang bernama Charles Darnay, sebagai saksi. Darnay didakwa sebagai mata-mata Prancis yang menjalankan suatu rencana untuk melumpuhkan Inggris. Di persidangan itu mereka bertemu dengan pengacara yang bernama Mr. Stryver, dan rekannya yang eksentrik, Sydney Carton, yang secara mengherankan memiliki kemiripan fisik dengan Charles Darnay. Darnay akhirnya diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan. Beberapa tahun kemudian Darnay menikahi Lucie, dan ketiga orang keturunan Prancis itu, Darnay, Lucie, dan sang dokter, hidup di Inggris dengan cukup bahagia.

Namun suatu hal yang belum diketahui Lucie, bahwa nama asli suaminya bukan Charles Darnay. Darnay sebenarnya adalah salah satu keturunan bangsawan Prancis, keponakan dari Marquis Evrémonde. Ketika Gabelle, pengurus kediaman Evrémonde dipenjarakan, ia menulis surat kepada tuannya, Darnay, minta diselamatkan. Maka Darnay, dengan mengabaikan bahaya yang mengancam dirinya sendiri, pergi ke Prancis. Disana ia ditangkap karena jati dirinya yang seorang bangsawan. Darnay sempat dibebaskan, karena Dr. Manette dan Lucie pergi ke Prancis, dan Dr. Manette memanfaatkan pengaruh yang dimilikinya sehingga menantunya itu bisa bebas. Namun malam harinya Darnay ditangkap lagi, dengan tuduhan yang berasal dari Defarge dan istrinya, serta Dr. Manette! Dalam persidangan, Defarge membacakan sebuah surat yang ditulis Dr. Manette, yang mengungkapkan alasan mengapa ia dijebloskan ke Bastille. Suatu peristiwa buruk yang terjadi di masa lalu mengaitkan Dr. Manette dengan keluarga bangsawan Evrémonde, dimana sekarang seorang keturunan Evrémonde menjadi menantunya. Sementara itu, Darnay akan dieksekusi oleh La Guillotine, si wanita tajam, dalam waktu dua puluh empat jam. Dr. Manette, Lucie, Mr. Lorry, dan Sydney Carton berada di tengah-tengah situasi tak menentu itu. Bagaimanakah badai kehidupan ini akan berakhir?

Gambar dari http://charlesdickenspage.com/illustrations-cities.html

”Saat itu adalah waktu terbaik, sekaligus waktu terburuk.
Masa kebijaksanaan, sekaligus masa kebodohan.
Zaman iman, sekaligus zaman keraguan.
Musim Terang, sekaligus musim Kegelapan.
Musim semi pengharapan, sekaligus musim dingin keputusasaan.
Kita memiliki semuanya di hadapan kita, sekaligus tidak memiliki semuanya.
Kita semua langsung pergi ke Surga, sekaligus langsung pergi ke jalan lainnya.
Pendeknya, zaman itu begitu persis dengan zaman sekarang.”

Kalimat di atas adalah kalimat pembuka yang terkenal dari Kisah Dua Kota. Novel ini terbagi menjadi 3 buku, Buku I: Kembali ke Kehidupan, Buku II: Benang Emas, dan Buku III: Badai Kehidupan. Kisah Dua Kota adalah terjemahan dari karya fenomenal Charles Dickens, A Tale of Two Cities. Novel klasik dengan plot yang kompleks ini ditulis Dickens dengan menggunakan kontradiksi, mempertentangkan situasi yang terjadi di dua negara pada masa itu, Inggris yang taat hukum dan Prancis yang feodal. Kontradiksi juga bisa ditemukan dalam karakter-karakter di dalam cerita, misalnya Darnay, si bangsawan yang emigran karena menolak feodalisme, berpenampilan necis dan rapi, merupakan ”lawan” dari karakter Sydney Carton, si pengacara slengean yang tidak memiliki fokus dalam hidupnya untuk mencapai apapun. Karakter Miss Pross, pelayan Lucie yang secara fisik tangguh namun sangat setia, bertolak belakang dengan Madame Defarge yang pendendam dan haus darah. Dalam banyak bagian juga Dickens menggunakan simbol-simbol yang kadang sulit dipahami, misalnya di awal cerita pada Buku I: Kembali ke Kehidupan, Mr. Lorry akan menjemput ”seseorang yang telah dikubur hidup-hidup selama delapan belas tahun”. Maksudnya adalah Mr. Lorry akan menjemput Dr. Manette, yang telah menjalani sekian tahun hukuman di Bastille sehingga kehilangan akal sehatnya. Ia sama saja seperti orang yang sudah mati. Kemudian Madame Defarge yang merajut tanpa henti. Ia sebenarnya sedang mendaftar nama-nama mereka yang akan dijatuhi hukuman mati. Kegiatan merajut ini juga menyimbolkan ”serigala berbulu domba”, rakyat kecil Prancis yang kelihatan tidak berbahaya, merajut dalam diam, namun di tangan mereka juga aristokrasi akan tumbang.

Terjemahan A Tale of Two Cities yang diterbitkan Elex Media Komputindo dengan judul ”Kisah Dua Kota” ini sama sekali tidak mengecewakan, baik dalam bentuk fisik maupun substansi buku. Terjemahan yang digarap oleh Peusy Sharmaya menurut saya sangat bagus, jenis kertas dan font yang digunakan sangat nyaman untuk dibaca. Meskipun rasanya lebih nyaman membaca “Mr.”, “Monsieur”, “Mademoiselle” ketimbang “Tuan” dan “Nona”. Dan semoga juga jilidan bukunya awet, mengingat bukunya cukup tebal. Saya tidak menyesal membeli buku ini walaupun harganya relatif mahal 😉

Secara keseluruhan, Kisah Dua Kota layak diganjar 5 bintang. Faktor yang terbesar adalah penulisan Dickens yang brilian. Ia mampu membangun cerita dengan plot yang padat dan kompleks, kadang-kadang sengaja menyimpan beberapa elemen untuk akhir cerita, sehingga pembaca tidak akan berhenti penasaran seperti apakah nanti endingnya. Gaya penulisannya puitis namun dengan aura yang suram dan tragis, sangat khas Dickens. Namun, bagi pembaca yang tidak suka narasi yang panjang-panjang, kemungkinan akan sulit menikmati karya Dickens ini. Ada yang menyebutkan A Tale of Two Cities sebagai karya Dickens yang tidak memiliki karakter yang se-memorable Scrooge di A Christmas Carol, Miss Havisham di Great Expectations, atau Fagin di Oliver Twist. Saya secara pribadi tidak setuju, setelah membaca buku ini sampai akhir dan mengalami “gema” di akhir cerita yang disebabkan tokoh yang bernama Sydney Carton. Bagi saya, A Tale of Two Cities akan selalu menjadi salah satu karya sastra yang akan terus saya kenang.

Resensi Kisah Dua Kota (A Tale of Two Cities) ini diposting dalam rangka merayakan HUT ke-200 Charles Dickens yang jatuh tepat pada hari ini, 7 Februari 2012.

Happy Birthday, Charles Dickens!

Senang rasanya bisa menikmati karyamu yang bunyinya masih terdengar bahkan setelah 200 tahun berlalu! 😉


Detail buku:
“Kisah Dua Kota” (judul asli: “A Tale of Two Cities”), oleh Charles Dickens
576 halaman, diterbitkan Oktober 2010 oleh Elex Media Komputindo
My rating: ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

35 thoughts on “Kisah Dua Kota (A Tale of Two Cities) – Charles Dickens

  1. Dari awal aku udah curiga sama kegiatan rajut-merajut itu, apalagi waktu Mme Defarge mengingat2 wajah Lucie. Tapi setuju, this is definitely one of the greatest classic literatures!

    Like

  2. Nice review as always!

    “buku ini sampai akhir dan mengalami “gema” di akhir cerita ”

    Ini tipe buku yg inspiring atau gmn nih? Gema apa? Bagus banget ya~

    Like

  3. Senang sekali mendapatkan review karya Charles Dickens di sini.
    Saya juga suka karya2nya sejak SMP (walaupun waktu itu belum ada versi terjemahannya).

    Kapan ya novel ‘Tales of 2 Cities’ atau ‘Our Mutual Friend’ diangkat ke film seperti Oliver Twists?

    Btw, thanks for sharing!

    Like

  4. Sudah sejak lama sekali saya mengidamkan buku ini. Sejak membaca A Christmas Carol saya memburu buku-buku Dickens dan hendak mengoleksinya. Tapi entah kenapa di mana pun tempatnya, baik toko online dan ada di dunia nyata, buku ini (yang versi terjemahan) susah banget untuk dicari >.<

    Like

  5. Saya tertarik sekali dengan buku ini. Saya termasuk orang yang kurang begitu mentukai buku classic, tapi gara-gara di rekomendasikan oleh salah seorang teman saya yang maniak buku classic terutama karya Charles Dickens saya jadi ikutan penasaran di tambah lihat review ini makin penasaran.

    Like

  6. Saya sedang mencari buku ini, kira-kira di mana saya bisa mendapatkannya? Saya sudah mencari di semua toko buku di Jogja tapi hasilnya nihil. Apakah saya boleh meminjam atau mungkin membelinya? Saya sangat membutuhkan buku ini karena buku ini akan saya gunakan untuk penelitian skripsi saya, mohon bantuannya. Terima kasih.

    Like

  7. saya begitu menyukai karya Charles dickens, semenjak baca buku Oliver Twist. saya tersentuh dengan ceritanya. begitu juga dengan melihat sinopsis dari A TALE OF TWO CITIES saya sangat tertarik dengan ungkapan-ungkapan yang memancing imajinasi ini. saya penasaran untuk membaca secara keseluruhan buku ini. karena saya jatuh hati dengan ceritanya, saya sangat ingin mengoleksinya. seriously, i love it !!!

    Like

  8. Sydney Carton! Tokoh ini fenomenal di dalam novel The Infernal Devices, dan sayangnya aku jadi dapet spoiler tentang kisahnya dengan Lucie dari TID hahaha tapi gara-gara itu aku jadi pengen baca A Tale of Two Cities, dan setelah baca review ini, kayaknya Sydney Carton ini moyangnya Will Herondale deh(?) soalnya karakter mereka mirip… duh jadi makin pengen baca 😦 tapi sayang novel terjemahannya udah langka 😦 klo baca aslinya bisa mabok aku… hahaha

    Like

  9. “Gaya penulisannya puitis namun dengan aura yang suram dan tragis, sangat khas Dickens. Namun, bagi pembaca yang tidak suka narasi yang panjang-panjang, kemungkinan akan sulit menikmati karya Dickens ini.”

    Wahh..saya termasuk pembaca yang tidak suka narasi yang panjang-panjang nih kak. Bukannya apa-apa, tapi narasi yang panjang itu kadang bisa bikin bosan dan ujung-ujungnya bakal di-skip. Apalagi novel ini memiliki halaman yang tebal. Emm…tapi nggak menutup kemungkinan saya akan baca buku ini, penasaran juga sama ending-nya kayak apa. Belum pernah baca novel klasik sih, tapi kayaknya bakal ketagihan baca novel klasik setelah baca buku ini.

    Like

  10. Menarik juga sih sebenarnya isi ceritanya. Mungkin banyak sekali kejutan-kejutan yang tidak terduga di novelnya. Saya sangat penasaran dengan tokoh Madame Defarge dan kegiatan merajut-nya tanpa henti itu yang ternyata bukan hanya sekedar merajut. Serta hubungan Madame Defarge dan Charles Darnay.

    Like

  11. Aku pernah sempat baca dua atau tiga bab 🙂 Sayang sekali belum sempet nyelesaiin sampai habis. Mungkin karena bahasa Inggris, jadi aku agak siwer mau ngabisin. Aku suka banget deskripsi dari kondisi kota London dan Paris di masa itu. Dan karakter-karakternya juga kelihatan sangat menarik deh, aku jadi pengen baca lagi

    Like

  12. Saat aku baca buku Clorkwork Prince – nya Cassandra Clare, 2 tokoh utama dibuku itu (yang sama-sama suka baca) suka sekali dengan buku ini (a Tale of Two Cities) bahkan sering memasukkan quotes-quotesnya. Sebelum baca buku Clorkwork Prince bisa dibilang aku belum kenal novel klasik ^_^ dan sejak itu aku jadi tertarik baca klasik. Aku mulai dari Pride & Prejudice, lalu novel Jane Austen yang lain, dan novel klasik lain. Sayang buku ini sudah jarang beredar, cuma bisa berharap bakal dicetak ulang oleh Gramedia atau Mizan 😀 hehehe

    Liked by 1 person

  13. Wah,buku sastra karya Charles saya belum pernah baca.buku sperti ini mengingatkan saya tentang buku Danielle steel yg berjudul the ring.konflik yg diangkat tentang jerman & perncis.kalau buku yg diulas kak Mel bercerita inggris & perancis.banyak hal yg membuatku penasaran.seandainya bisa memilih ulang mungkin urutan pertama pilihanku buku ini (walaupun aku pengemar Agatha Christie).kenapa pengacara mirip dgn sosok pria tokoh utama?cover dibuku aslinya gambar pria tua apa itu ayah lucie?apa yg menyebabkan ayah mertua menjebloskan menantu krn keturanan bangsawan xxxxx? Banyak petualangan,misteri yg belum terungkap,& percintaan Lucie & suaminya.Harus dibaca nih.Makasih ulasan bukunya.I love it.

    Like

  14. Buku ini membuatku penasran.ulasan buku ini dikemas menarik oleh kak Mel.mengingatkan tentang buku Danielle steel the ring.banyak misteri yg mengantung.seperti ada hub apa antara darnay & carton,kisah cinta Lucie & darnay?serta alasan dokter membenci keluarga darnay yg bangsawan.cover asli buku itu profile ayah luciekah?petualangan Lucie menemukan ayahnya?konflik percintaan yg membuatku bertanya tanya bgmn akhir Lucie & darnay? Kala boleh pilih.Aku pilih ulang,2,4,3,1.hehehehe.Makasih ulasan bukunya.jadi,mau baca.blm pernah baca Katya Charles

    Like

  15. Ah, saya sedang menggalakkan program baca sastra klasik dunia, tapi sampai sekarang belum pernah baca karya Dickens (padahal kalau nemu di toko buku sering galau mau beli atau nggak). Ulasan yang cukup lengkap dan komprehensif. Jadi ingin baca, terutama tertarik akan elemen kontradiktifnya 😀

    Like

  16. Aku belum pernah baca buku karya Charles Dickens ini sebelumnya, mbak
    Tapi dari sini, aku juga punya gambaran bagaimanakah ending yang akan terjadi dengan nasib Darnay, Lucie, Dr. Manette, Sydney Carton.
    Makasih banyak ya mbak, karena review buku terjemahannya samean bisa aku ambil pelajaran untuk bisa me-review buku terjemahan di blogku sndiri mbak. Hhhhee

    Like

What do you think?