And Then There Were None – Agatha Christie

Sepuluh anak Negro makan malam;
Seorang tersedak, tinggal sembilan.
Sembilan anak Negro bergadang jauh malam;
Seorang ketiduran, tinggal delapan.
Delapan anak Negro berkeliling Devon;
Seorang tak mau pulang, tinggal tujuh.
Tujuh anak Negro mengapak kayu;
Seorang terkapak, tinggal enam.
Enam anak Negro bermain sarang lebah;
Seorang tersengat, tinggal lima.
Lima anak Negro ke pengadilan;
Seorang ke kedutaan, tinggal empat.
Empat anak Negro pergi ke laut;
Seorang dimakan ikan herring merah, tinggal tiga.
Tiga anak Negro pergi ke kebun binatang;
Seorang diterkam beruang, tinggal dua.
Dua anak Negro duduk berjemur;
Seorang hangus, tinggal satu.
Seorang anak Negro yang sendirian;
Menggantung diri, habislah sudah.

Itulah bunyi sajak anak-anak yang tergantung dalam bingkai krom di atas perapian di kamar Vera Claythorne di Pulau Negro. Ia baru saja sampai di pulau terpencil di seberang pantai Devon itu dengan sembilan orang lainnya, suami-istri pelayan Mr & Mrs Rogers, Mr Justice Wargrave seorang hakim, bekas tentara Philip Lombard, mantan polisi William Henry Blore, seorang wanita tua yang kaku Emily Brent, veteran perang Jenderal Macarthur, anak muda tampan Tony Marston, dan Dokter Armstrong. Mereka semua diundang secara misterius untuk berlibur di Pulau Negro oleh seorang Mr. Owen.

Mereka semua sedang menikmati makan malam yang enak ketika sesuatu yang sangat aneh terjadi. Kejadian itu diikuti oleh kematian salah seorang dari mereka karena tersedak minuman. Mereka jadi kacau dan ketakutan. Dari hasil pembicaraan, akhirnya terkuak dua nama yang menandatangani dua surat yang ditujukan kepada dua dari antara mereka. Dua nama itu adalah Mr. Ulick Norman Owen dan Mrs. Una Nancy Owen. Dua U.N.O. yang disimpulkan dengan ngeri oleh sang hakim sebagai UNKNOWN (tak dikenal)! Sementara itu, beberapa pria diantara mereka menyelidiki seluruh pulau dan mendapati bahwa tidak ada orang lain selain mereka bersepuluh (kalau semuanya masih hidup) di pulau itu. Mustahil pergi dari sana karena cuaca badai dan air pasang. Dan dengan waktu yang berjalan, pembunuhan terus terjadi, dengan sangat mengherankan, persis seperti sajak yang tergantung di kamar mereka masing-masing. Seorang pembunuh gila ada diantara mereka sementara mereka mati satu demi satu… Satu demi satu…


Beuuuuuhhhhh! Buku ini bikin jantungan! Megap-megap! Kejet-kejet! Ups, maaf saya jadi agak lebay. Ini buku Agatha Christie pertama yang saya baca. Sekaligus merupakan karya yang disebut-sebut sebagai salah satu karya terbaik beliau. Saya tidak akan banyak menghamburkan kata dalam review ini, hanya bahwa yang menjadi kunci mengapa buku ini bagus adalah KETEGANGAN luar biasa yang dibangun sang Queen of Crime dengan ciamiknya. Pembaca akan ikut bertanya-tanya bersama para tokoh, “Siapa? Siapa? Yang mana?” Dan satu hal yang sangat penting kalau anda mau membaca buku ini adalah: JANGAN buka halaman terakhirnya sebelum anda benar-benar sampai di sana. Serius. Dua rius, ding.

Nah, sekarang setelah detak jantung saya kembali normal dan saya bisa bernafas seperti biasa, ada yang mau menyarankan buku Agatha Christie mana yang selanjutnya perlu saya lahap?


The Queen of Crime

Sekilas tentang Agatha Christie

Sang Queen of Crime lahir di Torquay, Devon, Inggris, pada tanggal 15 September 1890. Ia adalah anak termuda dari tiga bersaudara, dengan beda usia sebelas tahun dengan kakaknya yang tertua dan sepuluh tahun dengan kakaknya yang kedua (believe it or not, ini SAMA PERSIS dengan saya!). Tempat kelahirannya di Devon menjadi setting dalam And Then There Were None. Ia dianugerahi gelar Dame Commander of the Order of the British Empire pada malam tahun baru 1971. Guinness Book of World Records mencatat rekornya sebagai best-selling novelist of all time, dengan jumlah kasar empat milyar kopi novel-novelnya yang terjual di seluruh dunia. Semasa hidupnya ia menghasilkan 66 novel dan 14 kumpulan cerita pendek bertema misteri, thriller, dan detektif; sangat terkenal terutama dengan seri Hercule Poirot dan seri Miss Marple. Ia juga menulis novel roman dengan pseudonym Mary Westmacott, skrip drama panggung West End, dan dua buah autobiografi. Dame Christie menghembuskan nafas terakhir pada 12 Januari 1976.


Detail buku:
“Lalu Semuanya Lenyap” (juga dikenal dengan judul “10 Anak Negro”; judul asli: “And Then There Were None”), oleh Agatha Christie
296 halaman, diterbitkan Februari 2011 (Cetakan ke-9) oleh Gramedia Pustaka Utama
My rating: ♥ ♥ ♥ ♥

30 thoughts on “And Then There Were None – Agatha Christie

  1. yang menarik, agatha christie sendiri pernah hilang secara misterius. seperti cerita2 yang sering ditulisnya. saya gak ingat detilnya, tapi akhirnya dia ditemukan di sebuah rumah. diduga motivasinya dia sengaja menyendiri mengetahui suaminya berselingkuh. mungkin dia galau. 😛

    Like

  2. yang berikutnya: The Murder of Roger Ackroyd! Setelah dapat suguhan yg menegangkan, selanjutnya kamu harus berkenalan dengan Monsieur Hercule Poirot. Tapi kalo mau runut, harusnya mulai dengan Misteri di Styles, karena itu kasus pertama Poirot. Kalo udah puas baca Poirot, tutuplah dengan kasus terakhir beliau: Tirai (Curtain).

    Like

  3. Kalau tidak salah saya mendapat buku itu ketika kelas 2 SMP. Persis, saya panik dan kesal, siapa sih si pembunuh? Tapi, saya tak bisa meninggalkan bacaan itu begitu saja. Awalnya tidak menarik dan bikin jenuh. Namun, hingga sekarang saya jika ingat Agatha Christie ingat Anak Negro itu. Wonderful book!

    Terima kasih, dengar syair Anak Negro ini, jadi ingat masa kanak-kanak dulu 😀

    Like

  4. ya ampun, dari sekian banyak novelnya, ternyata diriku belum baca yg ini -__-‘
    –langsung nyari–

    Like

  5. Saya belum sempat baca yang satu ini…baru selesai baca agatha christie empat besar. Ceritanya di awal cukup seru dan menegangkan cuma endingnya kurang bagus menurut saya…

    Like

  6. saya sdh baca novel agatha christie sekitar 35 buku..yg paling tegang ya itu 10 anak negro…satu lagi yg bagus..Murder on the orient ekspres

    Like

  7. Dari sekian banyak karya Agatha, belum pernah baca buku ini. Sayang, susah sekali carinya di toko buku. Menunggu kapan bisa membaca buku terbaik agatha ini, novel detektif tanpa detektif.

    Like

  8. oke, jadi saya pernah dengar nama Agatha Christie ini disebut-sebut oleh teman saya yang gemar dengan buku-buku bergenre misteri-detektif. namun saya masih enggan lirik (sekalipun saya suka genre yang sama) berhubung pemahaman saya untuk cerita/novel terjemahan sangat lemah. bisa berhari-hari serta berulang-ulang bacanya untuk menangkap maksud/arah cerita -___-
    nah, dari review melmarian ini, hanya membaca sajak anak-anak negro di atas entah kenapa saya sudah merinding dan tertarik untuk baca, sekalian belajar untuk semakin mencintai cerita/novel terjemahan yang sering kali bikin sakit kepala hahaha lalu warning “JANGAN buka halaman terakhir” itu…….saya pingin tau kenapa!!!! nice review, penasaran sangat!

    Like

  9. Aku lagi mau ngoleksi novel2 detektifnya AC, gak milih2 sih mau kover edisi apa, toh isinya sama aja. Biasanya beli di obralan Gramed atau vixxio, soalnya sayang klo beli harga normal kalo toh disebar juga di obralan. XP Dari sekian banyak yang kutimbun, baru berhasil baca satu karena kebanyakan timbunan ada di rumah ortu. ._. Dan yang 10 anak negro ini banyak direkomendasikan sama tmn2 jabo yang udah baca karya2 AC, ternyata termasuk mb melisa yang bilang judul ini “Wow”. Semoga bisa jodoh deh sama buku ini, entah ketemu di obralan atau via orang lain yang mau ngasih gratis buatku.. XD

    Like

  10. And Then There Were None sudah lamaa masuk wishlist. Sajaknya intriguing. Sepertinya kalo harus nahan diri biar nggak buka halaman terakhir bisa agak tricky, apalagi katanya bikin jantungan. Hahaha. Next read, The Murder of Roger Ackroyd! plot twistnya buat saya ketagihan baca buku2 beliau.
    Anyway, salam kenal 🙂

    Like

  11. Baca Tirai dan Buku Catatan Josephine, deh. 😀
    Betewe, ini filmnya pernah diadaptasi di Indonesia lho.
    Judulnya nggak tau. Nontonnya dulu pas masih kecil.
    Yang pasti, sajaknya diganti lagu “Anak Ayam”.
    Liriknya gini kira-kira:
    Tek kotek kotek kotek, anak ayam berkotek.
    Anak ayam turun sepuluh, mati satu tinggal sembilan.
    dst.

    Sampe sekarang penasaran judulnya… >_<

    Like

  12. Novel karya Agatha Christie yang pertama kali saya baca adalah The First Case Of Poirot : The Mysterious Fair at Styles. Jadi di novel ini bercerita tentang misteri kematian Emily, seorang wanita paruh baya dari sebuah keluarga terhormat di daerah Styles. Karena kematiannya yang sangat misterius, akhirnya atas saran seorang sahabat, diundanglah seorang detektif bernama Poirot untuk mengungkap misteri dibalik kematian itu, apakah terjadi secara wajar atau karena pembunuhan.
    Takjub banget sama cara penulis untuk mengungkapkan fakta dari bukti-bukti yang ditemukan, hampir setiap tokoh selalu menjadi seseorang yang mungkin dicurigai menjadi dalang pembunuhan ini. Dari awal, aku menebak siapa pelakunya tapi semakin membaca, semakin goyah pendirianku. Benar-benar dijelaskan dengan sangat rapi dan mendetail.

    Setelah membaca review ini, sepertinya juga sangat keren. digambarkan dengan satu kata yaitu KETEGANGAN. Masih ada nggak ya bukunya? Pengen berburu buku-bukunya Agatha Christie nih ^^

    Like

  13. ini salah satu buku favorit saya. saya baca karya Agatha sejak SMP kira-kira 25 taun lalu (ketahuan tua banget… xixixixi). dulu sih masih rental di tempat sewa komik. waktu udah bisa beli sendiri, kebeli deh beberapa yg jd favorit. sekarang sdh punya e-book versi English dan Indonesia… seneng banget bernostalgia lagi… 🙂

    Like

  14. Saya adalah penggemar berat Agatha Christie, saya punya 13 novel Agatha Christie di lemari buku dan 50 e-Book Agatha Christie yang tersebar di laptop dan smartphone..
    Namun, e-Book-nya belum selesai dibaca semua..
    Sekarang lagi membaca At Bertram’s Hotel (1965), ditunda dulu membacanya untuk mengikuti GIVEAWAY melmarian..

    Saya sudah pernah membaca And Then There Were None melalui e-Book.. 🙂

    Inilah novel yang paling menghebohkan dari Agatha Christie. Terbit pertama kali di Inggris pada tahun 1939 dengan tajuk Ten Little Niggers. Namun karena dianggap rasis, terbitan Amerika pada tahun 1940 mengubah judulnya menjadi And Then There Were None. Beberapa kalangan bahkan menyebutnya lebih baik dari The Murder of Roger Ackyord. Novel yang disebut belakangan dianggap novel terbesar Agatha Christie. Novel ini kemudian difilmkan, lagi lagi dengan merubah judul menjadi Ten Little Indians.

    Like

  15. dulu aku mencoba ebook nya dalam bahasa Inggris, namun mandek ga ngerti…
    Sekarang mau beli buku nya yang baru terbit di Gramed.. 3 cerita dalam 1 buku pilihan pembaca di dunia.. Harganya masih buat degup jantung ga beraturan sayang nya… \(>o<)/

    Like

  16. Novel Agatha Christie yang pertama kali saya baca adalah Nemesis saat masih kelas 2 SMP sekitar tahun 2008. Kalau yang Nemesis itu tokoh detektifnya adalah Miss Marple, sama terkenalnya dengan tokoh Hercule Poirot. Sejak saat itu, saya suka banget baca semua novel AC ini. Sayangnya, saya malah belum pernah baca yang And Then There Were None ini, meskipun sering banget lihat bukunya di toko buku. Hehe. Yup, saking banyaknya buku beliau, jadi bingung mau beli yang mana. Oiya, buat Mba Mel, kalau pengen baca novel AC yg lain, coba baca Nemesis, Orient Express, sama While The Light Lasts. Hmm… hampir semua tulisan beliau terutama bergenre misteri thriller sangat rekomen buat dibaca dan bikin jantungan gak karuan juga. Hehehe. Apalagi kalau AC sudah menjelaskan tentang pembunuhan yang menggunakan racun, rasanya jadi tambah pinter. Hehehe. Selamat membaca novel AC yang lain Mba Mel. Semoga ketagihan, kayak saya. Wkwk.

    Like

  17. Aku suka baca novel Agatha Christie dari SMP. Kebetulan sudah baca yang satu ini. Uniknya cerita ini adalah kasus crime tapi tanpa detektif. Cerita-cerita novel AC selalu mendebarkan, dan aku nggak berani baca kalau udah malam-malam dan sepi. Biasanya kalau mau tidur, setelah baca AC mesti baca buku lain dulu yang ceritanya konyol, biar nggak kebawa mimpi, tapi tetep aja kadang masih susah tidur. Walau gitu, aku tetap suka baca novelnya AC karena crime nya keren.
    Sejauh ini belum pernah baca yang Miss Marple, karena suka banget sama Hercule Poirot. Dari yang pernah aku baca, yang paling aku favoritkan adalah Murder on Orient Express, karena pembunuhnya ada 13 haha.. Buku favorit selanjutnya yaitu Hickory Dickory Dog, karena tokoh-tokohnya masih mahasiswa.
    Baca novelnya AC nggak sekedar buat hiburan doang. Bagiku, buku ini banyak manfaatnya. Aku jadi tahu macam-macam racun yang mematikan dari novel ini. Selain itu, jadi tahu tentang budaya lokal inggris, cara-cara orang berinteraksi dan bersosialisasi, walaupun Poirot sebenarnya orang Belgia. Selain itu yang terpenting, aku belajar bagaimana cara berpikir runtut dan in order. Aku belajar dari cara berpikir Poirot, melihat fakta-fakta yang ada, open minded, mengakumulasikannya dan menarik kesimpulan. Aku suka cara berpikir Hercule Poirot. Aku suka Agatha Christie, dia keren! 😀

    Like

What do you think?