Harry Potter and the Goblet of Fire – J.K. Rowling

HP 4Tahun keempat Harry Potter di Hogwarts benar-benar seru. Sebelum tahun ajaran dimulai, Harry berkesempatan menonton Piala Dunia Quidditch bersama keluarga Weasley. Penyihir pria dan wanita dari seluruh dunia hadir untuk menonton Piala Dunia Quidditch, namun acara yang seharusnya berjalan dengan aman dikacaukan oleh serombongan Pelahap Maut yang mempermainkan beberapa Muggle, dan munculnya Tanda Kegelapan yaitu tanda Lord Voldemort di angkasa, menyebabkan kepanikan luar biasa. Lalu sesampainya di Hogwarts, Harry dan kawan-kawan dikejutkan oleh berita bahwa pertandingan Quidditch ditiadakan untuk sepanjang tahun. Namun sebagai gantinya, tahun ini Hogwarts menjadi tuan rumah acara pertandingan sihir yang tidak diadakan selama seratus tahun terakhir, Turnamen Triwizard. Turnamen Triwizard diikuti oleh tiga sekolah sihir terbesar di Eropa, yaitu Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang, di mana masing-masing sekolah akan mengajukan calon-calon juara masing-masing, dan juri yang tidak memihak akan memilih yang terbaik dari mereka untuk bertanding memperebutkan Piala Triwizard berikut hadiah uang sebesar seribu Galleon. Calon-calon juara yang boleh memasukkan namanya dalam Piala Api, yaitu juri Turnamen Triwizard yang tidak memihak, harusnya hanya mereka yang berusia tujuh belas tahun keatas saja, namun seseorang—yang berniat jahat—telah menyihir Piala Api tersebut sehingga melupakan bahwa Turnamen Triwizard hanya diikuti oleh tiga sekolah. Hasilnya, Piala Api memilih juara dari Beauxbatons; Fleur Delacour, dari Durmstrang; Viktor Krum, dari Hogwarts; Cedric Diggory, dan Harry Potter sebagai juara keempat. Keluarnya nama Harry sebagai salah satu dari dua juara Hogwarts membuatnya dibenci hampir oleh seluruh sekolah, dan bahkan oleh sahabatnya sendiri, Ron. Dan meskipun Harry telah mati-matian mengatakan bahwa ia tidak memasukkan namanya ke dalam piala, ia telah terikat kontrak sihir yang mengharuskannya bertanding sebagai salah satu juara Hogwarts. Maka Harry pun bertanding bersama-sama dengan Fleur, Krum, dan Cedric menghadapi tiga tugas yang masing-masing menuntut segenap keahlian sihir dan membahayakan jiwa. Dalam tugas pertama, Harry dan kawan-kawan harus menghadapi naga, tugas kedua menyelam ke dalam air untuk membebaskan milik mereka yang berharga, dan tugas ketiga adalah labirin penuh tipu daya sihir di mana Piala Triwizard diletakkan tepat di tengah-tengahnya. Harry sama sekali tidak tahu, bahwa terpilihnya dirinya sebagai juara Hogwarts merupakan bagian dari suatu rencana jahat yang bukan hanya bisa membunuhnya, tapi juga membangkitkan kembali Lord Voldemort…

Buku keempat ini mulai lebih berat dan lebih menyeramkan dibanding tiga buku sebelumnya, karena:

  1. Di buku ini Harry mulai merasakan sakit yang lebih intens pada bekas lukanya. Penderitaan Harry gara-gara bekas luka kalau boleh dibilang adalah titik tolak mulai hilangnya innocence dalam usia muda Harry. Mungkin penulis juga memperhitungkan usia pembacanya yang seiring waktu juga bertambah, sehingga ia mulai menulis lanjutan Harry Potter dengan konflik psikis dan mental yang lebih berat.
  2. Pembaca memperoleh gambaran mengenai masa-masa saat Voldemort berkuasa, yang digambarkan penuh dengan teror dan ketakutan. Karakter yang mati-matian melawan pihak yang jahat, namun tanpa nurani dan belas kasihan adalah salah satu produk masa-masa kegelapan dalam dunia sihir, yang terwujud dalam buku ini melalui karakter Mr. Crouch.
  3. Murid-murid Hogwarts diajarkan mengenai tiga Kutukan Tak Termaafkan; Imperio yang mempengaruhi orang yang disihir agar menuruti kehendak yang merapal mantra; Crucio yang adalah mantra penyiksa; dan Avada Kedavra mantra pembunuh. Ketiga mantra ini merupakan senjata andalan para Pelahap Maut Voldemort, dan di buku-buku selanjutnya akan semakin sering muncul.
  4. Rita Skeeter, yang adalah salah satu tokoh paling menyebalkan dari seluruh seri Harry Potter, adalah seorang wartawan yang menghalalkan segala cara demi berita yang bagus, dan begitu ia mendapatkan topik, maka berita itu dipolesnya dan dibesar-besarkan begitu rupa sehingga jauh sekali dari kenyataan yang sesungguhnya. Mr. Weasley, Harry, Hermione dan Viktor Krum hanyalah beberapa korban dari artikel tulisan Rita Skeeter. Apakah sosok Rita Skeeter dimaksudkan sebagai sindiran untuk media saat ini yang teracuni oleh gosip, berita bohong dan berita yang dibesar-besarkan? Mungkin saja.
  5. Dalam buku ini juga pembaca mulai mengetahui betapa licin, jenius, dan jahatnya Lord Voldemort. Untuk lebih lengkapnya, baca sendiri saja… 😉

Namun selain hal-hal yang bikin mumet diatas, ada juga hal-hal baru dalam buku ini yang bisa membuat pembaca tersenyum. Selayaknya remaja empat belas tahun, tokoh-tokoh utama kita juga mulai saling naksir-naksiran. Harry naksir Cho Chang, Seeker Ravenclaw yang cantik dan setahun lebih tua darinya. Dan tanda-tanda bahwa Ron sebenarnya naksir Hermione mulai tampak dengan jelas ketika ia cemburu berat dengan Viktor Krum yang mengajak Hermione ke Pesta Dansa Natal. Padahal Ron adalah fans berat Krum yang terkenal sebagai Seeker Bulgaria yang hebat. Buku keempat ini juga menyimpan pelajaran bahwa latar belakang seseorang tidak serta merta membuatnya menjadi jahat. Lihat saja Hagrid yang separo-raksasa namun berhati mulia, dan Viktor Krum yang bersekolah di Durmstrang dan punya kepala sekolah mantan Pelahap Maut, namun mengulurkan tangan persahabatan kepada Harry dan kawan-kawan.

Buku keempat ini adalah salah satu buku favorit saya dari ketujuh buku dalam seri Harry Potter. Penggambaran tentang Piala Dunia Quidditch dan tentu saja, Turnamen Triwizard dengan segala tugasnya sungguh-sungguh memesona imajinasi saya. Selain itu, buku ini lebih seru dan menegangkan dengan twist yang tidak terduga.

Memorable Quotes:

“Kau tahu apa yang kuinginkan, Harry? Aku ingin kau menang, ingin sekali. Itu akan menunjukkan kepada mereka semua… kau tak perlu berdarah murni untuk menang. Kau tak perlu malu akan siapa dirimu. Itu akan menunjukkan kepada mereka bahwa Dumbledore yang benar, menerima siapa saja asal mereka bisa menyihir.” – Hagrid, hal. 549

“Kalau kau ingin tahu sifat orang, perhatikan bagaimana dia memperlakukan orang yang kedudukannya lebih rendah darinya, jangan yang sederajat dengannya.” – Sirius, hal. 630

“Mengebaskan rasa sakit untuk sementara, akan membuatnya bertambah sakit saat tiba waktunya kau harus merasakannya.” – Dumbledore, hal. 834


Jk_RowlingTanggal 29 April kemarin, BBI mengadakan posting bareng dengan tema buku tentang perempuan atau buku yang ditulis oleh perempuan. Review ini seharusnya diikutsertakan dalam posting bareng tersebut, tetapi sayangnya terlambat dipublish. :-p Namun demikian, saya mau mencantumkan sedikit fakta tentang J.K. Rowling, “Penyihir Wanita Abad Ini” yang menyihir seluruh dunia melalui tulisannya. Ternyata awal perjalanan Harry Potter untuk bisa dicetak dan diterbitkan tidaklah mulus. Dua belas penerbit menolak manuskrip asli Harry Potter yang diajukan oleh J.K. Rowling, namun akhirnya Bloomsbury yang terbilang sebuah penerbit kecil, memberinya kesempatan. Pada waktu itu, belum ada yang tahu bahwa Harry Potter akan menjadi seri buku terlaris sepanjang sejarah. Berkat Harry Potter, J.K. Rowling menjadi bilyuner, dan gara-gara Harry Potter pula, ia harus kehilangan status bilyunernya karena mendonasikan sebagian besar keuntungan yang diperolehnya melalui buku-buku Harry Potter kepada berbagai yayasan amal. (Sumber: dari sini dan sini).


Detail buku:

Harry Potter dan Piala Api (judul asli: Harry Potter and the Goblet of Fire), oleh J.K. Rowling
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Listiana Srisanti
896 halaman, diterbitkan Oktober 2001 oleh Gramedia Pustaka Utama (pertama kali diterbitkan tahun 2000)
My rating: ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

7th review for  What’s in a Name Reading Challenge 2013 | 3rd review for Read Big Challenge


hotter potter logo-1

Para peserta bisa memasukkan link reviewnya di Linky di bawah ini. (Click on the blue frog and then “add your link.”) Linky dibuka sampai dengan hari Selasa, tanggal 7 Mei 2013 pukul 23.59 WIB.



9 thoughts on “Harry Potter and the Goblet of Fire – J.K. Rowling

  1. Betul, seri 4 ini turning point dari anak2 ke dewasa ya? Tapi mau gimana lagi, krisis (apalagi perang) selalu membuat orang cepat dewasa. Dan dari keluhan Hermione, bahwa masa depan akan jauh lbh sulit, seolah Rowling mau menyiapkan pembaca juga untuk menghadapi the worst.

    Aku lumayan terharu tuh pas baca kata2nya Hagrid, baru kali ini keliatan bijaknya ya…

    Like

  2. Aku belum pernah selesai membaca cerita Harry Potter (hanya membaca setengahnya), tapi sudah menonton semua film layar lebarnya. Memang betul, cerita Harry Potter yang ke-4 ini yang paling aku sukai dibanding ke-7 cerita lainnya. Jujur, aku merasa kesal dan benci setengah mati setelah tahu kalau Voldemort-lah dalang dibalik semuanya, secara tidak langsung. Aku pikir, yang memasukkan nama Harry ke dalam api itu adalah orang lain yang tidak menyukai Harry, selain pengikut Voldemort. Juga waktu Cedric Diggory meninggal karena mantra avada kedavra 😥 Aku sedih sekali melihat ayah Cedric yang dengan bangga menunggu anaknya kembali membawa piala, tapi justru mendapatkan tubuh kaku anaknya. Ada banyak adegan yang aku suka, salah satunya saat Harry dan Ron bermusuhan, dan “menggunakan” Hermione” sebagai alat komunikasi mereka 😀

    Like

  3. Di antara seri Harry Potter, Piala Apilah yang menjadi favorit saya. Ibarat kata, ini adalah puncak dari perkembangan di kehidupan Harry. Menginjak umur remaja, ada perasaan dimana saling suka ke teman lawan jenis. Ini sungguh benar-benar terasa. Aku merasakan tumbuh bersama Harry dkk itu sendiri. Juga mengenai konflik dalam persahabatan dimana tak selalu berjalan mulus. Ada saja permasalahan, rasa iri hingga ego dan gengsi masing-masing untuk meminta maaf (mengacu pada pertengkaran Ron-Harry), Gejolak emosi yang cenderung labil, rasa ketertarikan yang cenderung membuat tindakan kita menjadi agak bodoh di hadapan gebetan (ngakak pas Harry keseleo lidah saat ngajak Cho ke Yule Ball).
    Overall, di buku ini, seri Harry Potter mulai menjenjakkan kakinya dari buku-buku anak menjadi semi-remaja (IMO).

    Like

What do you think?